Siti Fatimah

Alumnus PPS UNNES bekerja di SMP 2 Kudus sejak tahun 1995 Mata Pelajaran IPA...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lani si Bidadari Kecil (Bagian 3)

Lani si Bidadari Kecil (Bagian 3)

Keesokkan harinya, setelah sarapan dengan keluarganya pak Hasan bergegas pergi ke rumah pak Lurah. Dia berpamitan dengan Mirna dan Lani.

“Bu, Bapak pergi dulu ke rumah pak Lurah. Doakan ya Bu, semoga masih ada pekerjaan di sawah pak Lurah.” Kata pak Hasan pada istrinya.

“Iya Pak….Ibu pasti mendoakan Bapak. Hati-hati ya Pak” Jawab Mirna sambil menyalami dan mencium tangan pak Hasan.

“Assalamu’alaikum…..” kata pak Hasan kepada Mirna dan Lani sambil berjalan ke arah sepeda jengkinya yang sudah tua. Sadelnya dan pedalnya sudah aus termakan usia, jeruji dan pelegnya sudah berkarat termakan air hujan. Tapi pak Hasan sangat sayang sekali pada sepeda tua itu, karena itu satu-satunya kendaraan dimilikinya.

Perlahan-lahan pak Hasan mengayuh sepeda tuanya yang berderik itu ke arah rumah pak Lurah. Tapi belum berapa jauh dia mengayuh pak Hasan dikagetkan oleh suara terikan anaknya. “Pak….tunggu …..tunggu Lani…” teriak Lani sambil berlari-lari mengejar Bapaknya.

Mendengar teriakan itu pak Hasan langsung menoleh, dilihatnya Lani sedang berlari-lari mengejar sepedanya. “Cieetttt…..ngiiikkkk…..”terdengar bunyi rem sepeda yang ditarik oleh tangan pak Hasan.

“Yah sepeda tua, sudah di rem sampai mentok kok ya masih jalan to. Ayo berhenti….tuh anakku Lani mengejarmu. Kasihan dia.” Kata pak Hasan dalam hati pada sepedanya. Pak Hasan menjejak-jejakkan kakinya ke tanah, berharap agar sepeda yang dikendarainya. Sandal jepitnya yang sudah tipis, menjadi semakin tipis karena bergesekan dengan tanah.

“Akhirnya, kamu berhenti juga. Dasar sepeda bandel, dah tahu yang orang tua, ee….diperintah berhenti malah mbablas.”gumamnya dalam hati.

“Ada apa Lani, anak Bapak yang cantik? Kenapa kamu lari-lari ngejar Bapak? Nanti capek lho….”Tanya pak Hasan pada Lani sambil mengusap muka Lani yang penuh dengan keringat.

“Bapak nggak ngajak – ngajak kalau mau pergi. Lani ikut ya Pak…. Lani mau main sama teman Lani di rumah pak Lurah. Lani mbonceng di belakang ya.” Jawab Lani dengan napas yang terengah-engah.

Pak Hasan terdiam sejenak mendengar permintaan Lani. Dia memikirkan apa yang terjadi jika Lani ikut. Melihat Bapaknya terdiam, Lani merayu Bapaknya. Dengan wajah memelas Lani berkata “Boleh ya Pak. Lani janji tidak mengganggu, Lani hanya akan bermain saja dengan teman Lani.”

Melihat wajah Lani yang memerah dan mata yang berkaca-kaca pak Hasan tidak tega meninggalkan Lani. “Ya…Boleh. Ayo naik diboncengan.”kata pak Hasan sambil tersenyum.

Lani pun melonjak kegirangan “Horee…makasih Pak.” Kata Lani

Lani pun segera naik diboncengan sepeda yang terbuat dari besi tua, yang sudah mulai berkarat. “Dah siap…..ayo berangkat Pak. Lani sudah di atas boncengan.” Kata Lani sambil memegang sadel.

“Ya….pegangan ya Lani…biar tidak jatuh.” Kata pak Hasan sambil mulai mengayuh sepeda buntutnya.

“Awas kakimu Lani….dijauhkan dari jeruji.” Kata pak Hasan mengingatkan Lani sambil terus menggenjot sepedanya.

“Ya….Pak.” Jawab Lani seraya memekarkan kakinya.

Pak Hasan terus mengayuh sepeda tuanya menuju ke rumah pak Lurah. Dadanya naik turun, sesekali dia menarik napas panjang, seolah ada beban berat yang dipikulnya.

Dalam perjalanannya beberapa kali pak Hasan berpapasan dengan tetangganya. Dia selalu menegur sapa dengan ramah dan mengucapkan salam.

Pak Hasan juga bertemu dengan Mira dan anak perempuannya yang sedang berjalan sambil menenteng tas kresek warna hitam yang penuh dengan belanjaan. Pak Hasan pun turun menyapa Mira “Assalamu’alaikum Mbak Mira. Darimana mbak Mira? Habis mborong ya?”

“Waalaikum salam. Kenapa Tanya-tanya. Kamu kan dah bisa lihat sendiri, apa yang aku bawa” jawab Mira ketus sambil menyodorkan belanjaannya di muka pak Hasan.

“Lagi banyak uang ya Mbak. Pinjami sedikit saja mbak, kasihan Lani.” Kata pak Hasan sambil melihat Lani yang masih dengan anteng duduk di atas boncengan.

“Gak bisa. Aku masih banyak kebutuhan. Lagian kalau kamu dipinjami, mau mengembalikannya pakai apa? Pakai daun?”ujarnya Lani semakin tambah ketus sambil menggandeng tangan anaknya yang umurnya sebaya dengan Lani.

“Ya sudah mbak, terima kasih.” Jawab pak Hasan sambil kembali mengayuh sepedanya. Pak Hasan melanjutkan perjalanannya ke rumah Pak Lurah.

“Kring….Kring…Kring…Ayo Lani turun, sudah sampai.” Kata pak Hasan.

“Ya Pak.” Jawab Lani sambil melompat dari boncengan sepeda. Lani kemudian berlari menuju ke halaman depan rumah pak Lurah yang sudah dipenuhi anak-anak kecil yang sedang bermain gobag sodor.

Pak Hasan memarkirkan sepeda tuanya di dekat pagar depan rumah pak Lurah. Dia bergegas masuk ke rumah pak Lurah.

“Assalamu’alaikum.” Kata pak Hasan ketika memasuki pintu depan yang selalu terbuka.

“Waalaikum salam. Eee…..pak Hasan. Mari masuk Pak.” Jawab pak Lurah sambil mempersilakan duduk pak Hasan.

Pak Hasan pun segera memasuki ruang depan rumah pak Lurah yang besar, luas, dan banyak kursi tertata di setiap sudutnya. Sangat jauh berbeda dengan rumah pak Hasan, bagaikan langit dan bumi.

“Bu….ini ada pak Hasan. Tolong buatkan minum.” Teriak pak Lurah pada istrinya yang ketika itu masih sibuk di dapur.

“Ya Pak. Saya buatkan teh panas ya.”jawab istrinya dari dapur.

Pak Lurah memulai percakapannya dengan pak Hasan. “Ada apa pak Hasan? Pagi – pagi sudah bertandang ke rumah saya. Kelihatannya ada hal yang sangat penting yang mau disampaikan.”Tanya pak Lurah sambil mengisap puntung rokok kreteknya yang tinggal separo.

“Begini pak Lurah. Saya dengar pak Lurah mau menanam padi di sawah kramanan. Kalau dibolehkan saya mau ikut mengolah sawahnya Pak. Apa pak Lurah masih butuh tenaga lagi untuk mengolah sawah, mungkin mencangkul atau ndaut benih padi Pak. Tapi kalau membajak, saya gak bisa, karena gak punya alatnya.”jawab pak Hasan panjang lebar.

“Ooo..begitu. Sebenarnya tenaga untuk mengerjakan sawah sudah cukup pak Hasan, tapi kalau pak Hasan mau gabung ikut kerja di sawah gak apa-apa, biar lebih cepat selesai.” Jawab pak Lurah.

“Jadi saya boleh ikut kerja di sawah pak Lurah.”kata pak Hasan

“Iya….Nanti kamu membantu mencangkuli tepi galengan sawah yang masih banyak rumputnya dan memopok tuk-tuk yang banyak terdapat di tepian galengan, biar air yang di sawah tidak terbuang.”jelas pak Lurah.

“Iya pak Lurah. Kalau begitu, bisa saya mulai pagi ini mengerjakannya Pak? Tanya pak Hasan dengan wajah berseri-seri.

“Boleh…..tapi diminum dulu tehnya, mumpung masih hangat.” Jawab pak Lurah.

“Ya Pak, terima kasih.” Jawab pak Hasan sambil tangannya meraih segelas teh panas yang terletak di atas meja. Dia meneguknya perlahan-lahan, sesekali dia meniup-niupkan udara ke atas permukaan teh agar segera dapat diminum.

“Alhamdullilah….segar sekali tehnya. Terima kasih pak Lurah, saya pamit dulu. Assalamu’alaikum” Kata pak Hasan.

“Waalaikum salam.” Jawab pak Lurah

Pak Hasan bergegas mengambil sepeda tuanya. Dengan wajah yang berseri dia mulai mengayuhnya.

“Lani….Bapak pulang dulu. Nanti kamu pulang sendiri ya.” Kata pak Hasan berpamitan pada Lani yang sedang asyik bermain gobag sodor dengan teman-temannya.

“Ya pak. Nanti saya pulang bareng mbak Tatik.” Jawab Lina

Pak Hasan pun dengan semangat mengayuh sepedanya menuju kearah rumahnya. Dalam perjalanan hatinya selalu mengucapkan syukur kepada Allah atas kesempatan dan rizki yang diberikan kapadanya.

Bersambung…..

Cik fat. 08.09.2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi ikut hanyut dalam cerita, keren cik fat, ditunggu continued nya.

08 Sep
Balas

Alhamdulillah..akhirnya Pak Hasan dapat pekerjaan.....

08 Sep
Balas

Hehe... pekerjaan tidak tetap. Semoga barakah Bu Rini

08 Sep



search

New Post