Pagi ini kupandangi mawar yang mulai layu, kelopaknya jatuh berguguran satu persatu, hilang harum baunya, memudar keindahan warnanya.

Beberapa waktu lalu ketika kuncup bermunculan didahan beberapa kali diterpa air hujan menambah kesegaran kuncup yang mulai merekah. Setiap pagi aku selalu melihat perkembangannya, rasanya segar mata ini memandang pesonanya walaupun belum mekar sempurna.

Pohon mawar ini sudah beberapa kali berbunga, hanya saja bunganya kecil tidak full merekahnya, bahkan daunnya sudah mulai timbul bintik bintik hitam. Atas saran teman setiap seminggu sekali pohon mawar itu aku siram dengan air cucian beras dicampur penyedap rasa agar pohonnya tumbuh subur dan rajin berbunga.

Ternyata resep dari temanku itu benar adanya, daun daun yang mulai tumbuh kembali berwarna hijau tanpa ada bintik hitamnya, dan pucuk yang keluarpun merekah semua dengan sempurna menghasilkan mawar yang indah berwarna merah merona. Siapapun akan kagum memandang mawar mawar itu, sungguh indah dan sempurna ciptaanMu Ya Allah tidak ada seorangpun yang dapat menandinginya.

Kini mawar yang indah itu telah layu dan mati digerus waktu. Belajar dari mawar, bahwa segala sesuatu di muka bumi ini ada batas akhirnya, dari muda kemudian menjadi tua, dari hidup kemudian mati, begitu juga dengan jabatan dan kekuasaan pasti akan berakhir ketika tiba masanya.

Sudah sepatutnya selagi masih diberi kekuatan dan kesempatan mari kita gunakan dengan sebaik baiknya, senantiasa menjadi manusia yang menebar kebaikan dan bermanfaat bagi sesama sampai kematian datang menjemput dan berakhirlah kehidupan kita di dunia ini.