Siti inayah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Nikmat yang Tercabut Catatan Refleksi Kehidupan

Dalam setiap hal di dunia ini, kita sering terlambat menyadari beragam nikmat Allah Swt yang patut kita syukuri. Ketika ragam nikmat itu menghilang barulah kita menyesal. Bahkan ingin mengembalikan nikmat tersebut.

Ada dua kenikmatan yang sering kali kita abaikan, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu senggang. Dua nikmat ini sering membuat lalai.

Kita baru bisa merasakan nikmatnya sehat, ketika kita diuji oleh Allah dengan sakit. Ketika sakit banyak nikmat yang Allah cabut, diantaranya nikmat rasa, nikmat kekuatan fisik, semua makanan yang kita makan terasa pahit, tubuh lemah tak berdaya.

Saat kita sehat dan kuat banyak hal yang kita abaikan, seperti malas datang ke taklim, malas shalat berjamaah di masjid padahal kaki masih kuat untuk berjalan. Juga, enggan bersilaturrahmi padahal banyak kesempatan bisa kita lakukan, menjenguk orang sakit, masih banyak contoh yang lainnya, dan pada akhirnya kita jatuh sakit. Kita hanya bisa berbaring di tempat tidur atau dirawat di rumah sakit. Akhirnya penyesalan lah yang didapatkan.

Nikmat kedua yang sering kita abaikan juga adalah nikmat waktu senggang.

Allah Swt memberikan waktu yang adil untuk kita semua yaitu 24 jam dalam sehari semalam. Tentu saja waktu 24 jam itu tidak melulu untuk melakukan rutinitas. Banyak waktu senggang. Sering kita berleha-leha duduk santai berjam-jam tanpa sadar waktu terus berjalan. Kita sering menunda shalat, menunda untuk berbuat baik sampai akhirnya kita digilas oleh waktu. Banyak waktu yang terbuang dengan percuma tak bermakna.

Ada kalimat bijak yang mengatakan : *Jika kau berada diwaktu sore jangan menunggu datangnya waktu pagi, jika kau berada diwaktu pagi jangan menunggu datangnya waktu sore*

Maknanya jangan sekali kali kita menunda suatu pekerjaan ataupun suatu kebaikan, jika kita berkata "nanti saja" pasti tidak akan terjadi.

Di tengah mewabahnya virus corona banyak nikmat Allah yang tercabut.

Bagi orang yang saat ini terinfeksi dan menjalani perawatan di rumah sakit tercabut nikmat sehatnya. Nikmat bernapas tanpa alat, jika selama ini kita bebas menghirup napas gratis dari Allah, tetapi bagi yang sedang terinfeksi harus bernapas dengan bantuan alat ventilator dan membutuhkan biaya yang sangat besar, selain itu juga hilangnya indera penciuman. Allah Swt mengingatkan : "Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?".(QS. Ar Rahman [55] : 13)

Bagi kita saat ini nikmat yang tercabut diantaranya tidak bisa silaturrahmi dengan teman, saudara karena memang ada larangan untuk berkumpul. Kita harus _physical distancing_, _Work From Home_ terlebih di daerah yang sudah diterapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Selain itu kita juga dilarang untuk shalat jamaah di masjid (Jumat, Rawatib dan Taraweh), saat Ramadhan ini ibadah full di rumah. Tujuan puncaknya memutus rantai penularan corona virus.

Jika kita renungkan nikmat yang tercabut itu, justru yang dadulu sering kita abaikan bahkan dilupakan.

Kita jarang datang silaturrahmi padahal kita punya kesempatan. Kita bahkan sering silaturrahmi hanya lewat media sosial, dan saat ini kita hanya benar -benar bisa silaturrahmi via medsos. Berat langkah kaki menuju ke masjid padahal jaraknya hanya beberapa langkah saja dari rumah, dan saat ini masjid benar- benar sudah menutup pintunya dengan rapat. Nikmat yang tercabut ini Allah Swt telah penuhi dari apa yang selama ini telah kita abaikan.

Ya Allah pesan cinta apa yang ingin Kau sampaikan kepada kami.

Masihkah kau beri kami kesempatan menikmati nikmat yang telah tercabut ini?

Ampuni salah dan dosa kami.

Semoga kita termasuk hamba-hamba yang pandai mensyukuri nikmat, Allah mengetahui apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Dengan refleksi kehidupan ini, kita berharap semoga virus corona segera hilang. Sehingga ibadah dan aktivitas kehidupan normal kembali. Aamiin.

Rempoa, 25 April 2020 / 02 Ramadan 1441 H.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan keren bu. Mengingatkan dan membelajarkan. Lanjutkan dan bukukan.

16 Feb
Balas

Aamiin ya Robbal'alamiin..... Keren tulisannya, BunSalam literasi.

16 Feb
Balas

Terima kasih bu

16 Feb

Aamiin, tulisan yang mantab,tambah ilmu bunds. sekaligus pengingat untuk kita.

16 Feb
Balas

Terima kasih bun

17 Feb



search

New Post