ANTARA MEMBERI DAN MENJADI
ANTARA MEMBERI DAN MENJADI
#TantanganGurusiana ke-481
Dua kata sederhana, tetapi mempunyai makna yang jauh berbeda. Berbicara tentang "Uswatun Hasanah", contoh yang baik yang diberikan oleh guru pada siswa, oleh orang tua terhadap anaknya, oleh pemimpin pada mitranya. Siapa pun adalah pemimpin. Dan suatu saat akan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya itu. Guru adalah pemimpin bagi siswanya maka hendaklah guru tidak hanya sekadar "memberi" contoh yang baik, tetapi harus "menjadi" contoh bagi siswanya. Jika hanya memberi artinya adalah hanya siswa yang harus berbuat baik, sedangkan guru bisa saja semau gue. Tetapi dengan menjadi, guru terlebih dahulu, kemudian bersama-sama dengan siswa berbuat, sehingga kebaikan itu dilakukan dua arah. Jika hanya berbekal memberi tanpa menjadi maka tak akan ada atsar atau bekasnya, orang bilang guru hanya sebagai "mubaligh cucak rowo", kaburo maktan. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran,
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
kaburo maqtan ‘indallohi an taquuluu maa laa taf’aluun
“(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(QS. As-Saff 61: Ayat 3)
Cerita tentang mubalik cucak rowo cukup menyentil kita.
Betapa tidak seorang ayah seorang mubalig pada suatu saat menyerukan untuk berbuat baik, memberi itu harus dengan sesuatu yang kita sukai. Tausiah itu akhirnya di dengar oleh anaknya yang hadir pada saat ayahnya berceramah. Pada suatu hari ketika ayahnya tak berada di rumah, datanglah seorang kerabat ayahnya, dia tertarik dan meminta burung cucak rowo yang bersuara indah. Teringat tausiah ayahnya. Maka diberikanlah burung cucak rowo itu. Ketika ayahnya sampai di rumah dilihatnya burung tak ada lagi dalam sangkarnya. Kemudian bertanya pada sang anak. Dan anak pun menjawab, sebagaimana nasehat ayahnya pada jamaah, kalau memberi harus sesuatu yang kita sukai. Bukankah burung cucak rowo itu kesayangan ayahnya. Mendengar jawaban anaknya, sang ayah marah, dan mengatakan bahwa tausiah itu hanya untuk orang lain, bukan dia, ayahnya. Kebaikan itu diserukan ternyata hanya untuk orang lain bukan untuk dirinya. Dalam islam menyebutnya dengan "kaburo maktan", hanya pandai berbicara tetapi tak mampu melaksanakan. Benar atau tidaknya cerita dan istilah mubalig cucak rowo, tetapi cerita ini sudah sering kita dengar.
Meneladani tausiah dan wejangan KH. Hasan Abdullah Sahal tak akan pernah ada habisnya, betapa filsafat hidup yang beliau ajarkan menjadi "pepeling" dan ibrah bagi kita semua. Terutama yang mengharapkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dua kata di atas adalah termasuk dari wejangan beliau. Semoga tulisan singkat ini mampu menggugah para guru agar tidak hanya memberi saja tetapi harus berani menjadi. Guru harus mampu melaksanakan kedua-duanya bersamaan, memberi dan menjadi.
Pekanbaru, 8 Juni 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mencerahkan tausyiahnya Bun.. Lanjutkan!
Bismilah Kang Hadi...Siap
Mantab... Mencerahkan bu guru...
Matur Suwun Tadz
Mantab ulasannya Bu Irma. Salam sukses selalu
Salam sukses juga buat bunda