EMPRIT ABUNTUT BEDHUG
EMPRIT ABUNTUT BEDHUG
#TantanganGurusiana ke-266
Menjadi cerdas dalam menyampaikan berita itu sangat diperlukan. Kecerdasan mengolah kata. Lagi-lagi diksi yang baik akan sampai dengan baik. Dan akan bisa diterima dengan baik serta menghasilkan kebaikan. Namun sebaliknya jika kita tidak mampu menyampaikan dan mengolah berita dengan baik, yang kita dapatkan justru mudharat dan kehancuran.
Baru baru ini viral dengan sosok Bu Tedjo dengan karakter yang khas. Seorang wanita yang kecerdasan linguistiknya luar biasa. Dandananya menor, sungguh sebuah karakter yang klop dengan perannya. Dengan semangatnya mampu mempengaruhi teman-teman di sekitarnya. Berita yang belum pasti bisa digoreng, disampaikan dengan sempurna, seolah-olah itu adalah sebuah kebenaran. Apalagi yang diajak bicara adalah orang-orang awam. Pasti akan menelan mentah-mentah berita yang disampaikan Bu Tedjo. Wanita dan gosip memang tidak bisa dipisahkan. Wanita itu jangankan berkumpul, dua orang saja sudah jadi pasar. Begitu dahsyatnya wanita. Tak heran jika neraka itu rata-rata isinya adalah wanita.
Sebenarnya agak miris juga dengan viralnya cuplikan film yang berjudul “Tilik”. Betul, ada sebagian wanita seperti itu. Tapi jujur, tidak semua wanita berkumpul itu hanya untuk “ngrasani” orang lain, seperti yang dilakukan Bu Tedjo. Sebagian wanita berkumpul justru untuk mencari ilmu, berdiskusi tentang pendidikan anak, belajar dan mendalami ilmu al quran, mengaji ilmu-ilmu syariah dan masih banyak kegiatan lainnya yang bermanfaat. Mungkin kelompokinilah yang agak gerah dengan kemunculan Bu Tedjo, yang seolah menjadi harga mati seorang wanita.
Terus apa hubungannya dengan judul di atas, “Emprit abuntut bedhug” yang artinya adalah berita yang awalnya kecil akhirnya menjadi besar. Ustadz Abdul Somad dalam tausiahnya beliau menyampaikan, sampaikan berita itu dengan baik, jangan awalnya ubi, sampai ke orang lain sudah menjadi kolak atau tapai. Bukan mengada-ada, itu riil, terjadi di sekitar kita. Yang punya masalah saja belum cerita. Beritanya sudah sampai orang lain. Masalah itu dibungkus sedemikian apik sehingga menarik. Seolah-olah begitulah yang sebenarnya. Fitnah sudah menjadi santapan sehari-hari. Hoax begitulah orang menyebutnya. Jika tidak pandai-pandai tabayyun, betul akan terjadi kerusakan dan fitnah yang besar.
Pekanbaru, 24 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Gosip, ieu, gibbah, dan semacamnya begitu terumbar di negeri ini.. Miris.. Semoga mereka diberi Hidayah . Aamiin Mantap Bun.
Thanks Coach
Sip. No gosip. No ghosop. Memang sip. Mantul bu guru... Ta. Ba. Yun.
Matur Suwun Tadz