GELAS PENUH YANG MEMBUNUH

#TantanganGurusiana Hari ke-26

#365jilid22022

Judul yang terasa horor dan membuat bulu kuduk tiba-tiba berdiri. Sengaja saya memilihnya malam ini untuk sekadar mengingatkan kembali bahwa seorang murid sehebat apa pun tak akan pernah lebih tinggi derajatnya dari guru. Begitu pun seorang anak, sehebat apa pun, setinggi apa pun jabatan tak akan pernah lebih tinggi derajatnya dari orang tuanya. Betapa ini sudah kita pahami dengan sadar. Tetapi ada satu, sepuluh, bahkan ribuan orang masih ada saja yang menzalimi orang tuanya sendiri. Nauzubillah. 

Lantas apa hubungannya dengan gelas penuh. Baik mari sama-sama kita telisik kita urai perlahan. Dalam mencari ilmu sering kita harus menjadi gelas kosong. Ungkapan itu tak ada salahnya. Maksudnya gelas kosong ibarat diri kita dalam menerima ilmu. Gelas itu ibarat  hati yang ikhlas untuk menadah dan menampung ilmu yang masuk. Semua ilmu diterima. Semakin banyak ilmu semakin dia merasa belum ada apa-apanya. Dia akan terus belajar dan belajar. Tetapi jika gelas penuh maka di mana lagi akan diletakkan ilmu-ilmu itu. Jika merasa diri sudah pintar, maka dia akan menolak kebenaran. Karena tanduk kesombongan sudah mulai

bertengger di atas kepalanya. Kesombongan itulah yang akan membunuh dirinya tanpa dia sadari.

Semoga catatan singkat ini bisa menambah setitik ilmu. Selalulah membawa gelas kosong. Sehingga kapan saja mampu menangkap hikmah yang datang. Jika hari ini kita masih membawa gelas penuh. Kosongkanlah. Jangan berkeras hati. Di atas langit masih ada langit. Ingat akan ada masa yang kita tak mampu melawannya.

Pekanbaru, 30 Januari 2022