MENCIPTAKAN RASA AMAN PADA ANAK
Ada cerita ketika saya pulang sekolah, biasa lewat jalan motong biar cepat sampai ke rumah. Di dekat Sekolah Dasar saya bertemu anak tetangga berjalan kaki. Karena saya mengenal orang tuanya dengan baik dan anak juga mengenal saya, maka dia dengan senang hati saya bonceng dan saya antarkan sampai rumah. Lain halnya dengan anak satu lagi. Saya melihatnya berjalan sendiri, sudah sore. Saya berhenti ingin mengantarkannya pulang. Jelas saya masih memakai pakaian kerja. Saya kenal betul dengan orang tuanya. Tapi si anak tidak mengenal saya, yang terjadi justru sebaliknya, dia ketakutan dan berlari.
Maraknya berita penculikan dan kekerasan pada anak membuat orang tua lebih waspada. Penjagaan super ekstra, karena bagaimanapun orang tua tidak mau jika anaknya yang menjadi sasaran. Pola antar jemput ke sekolah adalah salah satu yang mereka lakukan.
Terlepas dari benar atau tidak berita itu, mau-tidak mau berita itu sudah mendarah mendaging. Biarpun berita itu hoax, tetapi tetap saja meninggalkan bekas pada orang tua dan anak. Anak lebih sensitif, orang tua lebih posessive. Anak tidak kelihatan sebentar saja, sudah kalang kabut, demikian juga dengan anak ditanya orang tak dikenal sudah menjerit-jerit ketakutan dikira mau diculik. Sadar atau tidak kondisi ini akan memengaruhi psikologis. Kebaikan yang tulus semakin tergeser. Jika kondisi seperti ini dibiarkan berlarut-larut maka yang terjadi malah trauma berkelanjutan.
Berita yang beredar seharusnya difilter terlebih dahulu sebelum disebar luaskan. Pemerintah lewat lembaga KPAI dan KPI seharusnya punya kuasa dan andil besar dipenyiaran ini. Tapi bagaimana lagi dunia maya, arus digitalisasi dengan mudah siapa saja bisa menyebarkan. Undang-undang ITE tak bisa menjeratnya. Belum lagi kita yang setiap hari disuguhi tontonan yang tidak bermanfaat. Alih-alih bermanfaat, justru malah jauh dari kata tuntunan. Tapi justru itulah yang viral.
Menciptakan keamanan dan kenyamanan pada anak adalah hal penting yang harus dilakukan orang tua. Membekali anak dengan kecakapan cara berinteraksi sosial, cara berkomunikasi dan lain-lain merupakan keharusan. Selain anak akan aman dan nyaman anak akan tetap menghargai kebaikan yang dilakukan orang lain.
Semoga kita semakin cerdas dan waspada menyikapi berita yang datang.
Pekanbaru, 13 Februari 2023
#TantanganGurusiana Hari ke-28
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen parentingnya, Bunda. Salam literasi