Hari ahad hari libur nasional. Dewasa, remaja, anak-anak busa rehat sejenak setelah seminggu bergelut dengan rutinitas belajar. Entah mengapa hari ini lumayan agak lama di depan Televisi. Tak saya sebut apa nama stasiun televisinya, dari pagi sampai malam, acaranya sama tontonan anak dari negeri jiran yang terkenal itu. Malam pas saya bertamu ke rumah tetangga, masih itu lagi. Dan anak-anak tak pernah ada bosannya walau sudah berulang-ulang diputar. Pastinya anak sudah hafal dialog sampai tituk komanya eh koma dan titiknya. Belum lagi tetangga lainnya yang setiap hari memutar lagu anak, mulai salawat dan lagu-lagu lainnya.

Betapa mendongeng, bercerita dan bernyanyi merupakan cara jitu mengalihkan dunia anak. Anak usia dini tentunya. Sudah banyak sekarang di media sosial youtube, anak banyak mengenal anak-anak Nabi, Sopan santun etika ketika bertemu, ketika bersalah, ketika meminta pertolongan. Belum lagi tidak memangis ketika mau pergi sekolah, pandai memakai pakaian sendiri, makan sendiri. Semuanya disampaikan dalam bentuk lagu. Anak bahagia senang namun isi dan ilmunya tetap ada.

Walaupun pada dasarnya mendongeng dengan bercerita mempunyai arti yang berbeda. Mendongeng lebih kepada cerita hayalan, tetapi bercerita berhubungan dengan hal-hal yang riil dan nyata. Tetapi bagi anak-anak namana dongeng dan cerita ya sama saja.

Termasuklah mengapa saya diterima di sekolah saya karena mendongeng dan bercerita tentang Sahabat Nabi yaitu Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq.

Pernahkan kita memerhatikan anak ketika mendengadkan dongeng, atau mendengadkan cerita? Mereka langsung ready tanpa komando. Bahkan sebagian anak yang masih ingin mendengarkan dongeng sebelum tidur. Cerita putri tidur, cerita dan kisah perjuangan para Nabi dan Rasul. Semuanya menjadikan anak terhipnotis. Pendongeng juga semakin pintar, kalau dulu pendongeng sudah tua-tua, sekarang sudah banyak pendongeng yang muda ditambah lagi memakai boneka tangan, memakai kostum, kosplay kartun tertentu yang membuat anak semakin tertarik.

Nah ketika dongeng cara jitu menebar syiar pada anak-anak ada baiknya diselipkan nilai-nilai luhur, adab sopan santun, mengenalkan tokoh ulama bagaimana para ulama ketika masih kecil dulu. Sehingga anak tidak missing. Cerita modern semua hafal tetapi ketika ditanya tentang Nabi dan Rasul tak tahu apa-apa.

Seharusnya orang tua, guru, pendongeng yang harus cerdas memahami materi. Jangan asal anak-anak tertawa senang lantas mengada-ada. Tentu hal ini sudah salah. Dalam Islam pun dilarang mengada-ada sehingga orang menertawakan ceritanya itu.

Pendongeng tetap tidak boleh mengabaikan materi penting lainnya yaitu calistung, membaca, menulis, dan berhitung. Walaupun calistung tidak boleh diajarkan pada usia dini sekolah tetap tidak boleh mengabaikannya sehingga anak dipaksa disuruh mendengarkan dongeng saja setiap hari.

Tugas kita para penulis buku, terutama buku anak. Mari sama-sama menulis buku yang bisa memberukan pencerahan ilmu, amal, iman, dan akhlak mulia pada anak. Bagi yang sudah sungguh hal yang harua diapresiasi. Semiga menjadi amal jariyah. Amin.

Pekanbaru, 12 Febuari 2023

#TantanganGurusiana Hari ke-27