Bahagia itu sederhana, semudah kau tersenyum padaku meski kita belum pernah jumpa. Membaca tulisan guru-guru hebat membuatku kagum, ikut haru, ikut pula senyum-senyum sendiri. Bukankah itu pertanda hatiku bahagia ?

Iya, aku tersenyum ketika tahu curhatan bunda edit pada saat  memilah dan memilih naskah antologi TSR sambil sesekali mengusap air mata. Aku berdecak kagum saat membaca puisi yang tersusun indah dengan kata-kata syarat makna. Akupun ikut haru saat membaca cerpen dari mereka. Iya mereka, orang-orang yang baru kukenal lewat dunia maya. Bersuapun belum pernah, namun mampu membuatku bahagia. 

Aku bahagia saat tahu bunda yang hebat mengirim kabar bahwa naskah sudah masuk ke tim editor. Aku bahagia saat cover buku nan indah sudah mejeng di WAG. Aku patut bangga karena bisa menjadi bagian dari mereka, sahabat hebat dari dunia maya.

Ternyata tulisanku akan segera terbaca banyak orang. Meski mungkin tak seindah tulisan mereka, namun aku tetap bangga sebagai pasir diantara mutiara. Ah...aku bahagia dengan karya kedua. 

Ada istilah sabusate, satu buku bersama teman, itulah aku yang baru mampu menulis bersama. Berharap nantinya bisa menjadi mutiara seperti mereka. Bermimpilah setinggi surya, insya Allah aku bisa...