Siti Istijabatun

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berlian Kecil Part 2

Berlian Kecil Part 2

Lebaran tiba, saudara dari luar kota datang mengunjungi kami. Anak-anak kami sedang asik bercengkerama. Maklumlah karena lama mereka tidak berjumpa.

"Caca ini lulus TK ya Dik ?" tanya saudaraku disela-sela obrolan kami.

"Iya, bareng ya sama Dinda?"

"He em, mau sekolah dimana si Caca?"

"Ca, tuh ditanya bude, SD nya mau dimana," tanyaku saat melihat caca melintas di samping kami.

Sambil berlari caca menjawab,

"Mau mondok Bude."

Deg, aku kaget dengan jawaban caca. Jadi ingat percakapan ringan caca dengan kakaknya sore itu. Seriuskah dia mau mondok di pesantren selepas TK ?.

Malam hari setelah sholat isya' seperti biasa aku menemani anak-anak nonton televisi. Masih penasaran dengan seloroh caca siang tadi, sengaja aku mengulang pertanyaan untuk caca yang duduk di pangkuanku.

"Caca serius pingin mondok ?" tanyaku menyelidik.

"Iya, tapi harus dengan kak Na, biar ada temannya,"

"Lha apa kak Na mau, kan 2 tahun lagi lulus," jawabku.

Hasna yang ada di sebelahnya nengok dan bergumam,

"hemmm"

"Gimana kak, mau nemeni caca mondok? kalau mau berarti kak Na pindah sekolahnya."

"Emangnya mau mondok dimana Bu ?" tanya Hasna.

"Belum tahu si, kan caca baru bilang hari ini. Coba nanti Ibu tanya teman-teman Ibu."

Satu minggu sebelum awal masuk tahun ajaran baru, dua berlian kecilku berangkat ke pesantren. Hasna akhirnya mutasi dari sekolah lama ke sekolah baru yang ada di dekat pesantren. 40 hari pertama mereka harus menjalani masa "karantina". Istilah yang kami pakai, karena pada 40 hari pertama itu orang tua tidak diizinkan Menghubungi mereka apalagi menjenguk. Kabar hanya kami peroleh dari pengasuh mereka. Kendala justru terjadi pada Hasna yang sering mogok sekolah, padahal semula tegar. Kami bingung harus bagaimana, segala upaya kami lakukan. Komunikasi dengan wali kelas, kepala sekolah, bahkan pengasuhpun sampai sempat membawanya ke psikiater.

Hari ke 40 pun tiba, kami mohon izin untuk menjenguk sekaligus mengajak mereka pulang meskipun hanya sehari, sekedar untuk melepas rindu. Dan momen sehari itu kami gunakan untuk mengajak bicara mereka dari hati ke hati. Tapi kami temukan jawabannya justru dari coretan pada buku diary hasna. Ternyata dia merasa terganggu dengan cara teman-teman barunya ketika menyapanya, terutama teman cowok.

Alhamdulillah, kami bersyukur karena hanya masalah adaptasi. Aku senyum-senyum sendiri ketika membaca diary hasna, dimana dia sewot mendengar teman cowok di kelasnya menyapanya dengan sapaan "Hasna cantik, kenalan dong, hasna cantik, minta dong nomor HP nya" dan guyonan lain yang membuat berlianku risih.

Hemmm...aku bergumam, anak jaman now.

Kini berjalan hampir satu tahun, hasna menunjukkan konsekuensi atas impiannya. Prestasi sekolah mulai ditunjukkan dengan ikut serta mewakili sekolah dalam lomba tartil tingkat kecamatan meskipun baru mendapat juara 3. Pada semester awal di sekolah baru, alhamdulillah bisa masuk peringkat 3 besar. Bahkan untuk Caca langsung mampu beradaptasi dengan memperoleh peringkat terbaik di kelasnya.

Bagi kami, prestasi itu hanya hadiah dari Allah atas kerja keras mereka, bukan menjadi tujuan utama. Syukur tak terkira, Allah amanahkan mereka kepada kami berlian-berlian kecilku, semoga istiqomah. Belajarlah sepanjang hayat, doa kami selalu menyertaimu Nak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post