Siti Jaenabun

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
RUMAH BARU

RUMAH BARU

Pukul 16.05 WIB kami tiba di rumah yang baru saja ayahku beli, rasa penat dan lelah setelah berjam-jam di jalan membuat ku ingin cepat-cepat membantingkan tubuh ini ke tumpukan kasur, tapi semua itu terbayar dengan suasana yang ada pada rumah baruku itu, rumah yang bernuansa tradisional seperti rumah kakekku dulu atap dan dinding yang terbuat dari kayu ditambah tanaman hias yang menggantung di tiang-tiang rumah, saat itu ibuku dengan semangat menyusun sisa barang-barang yang kami bawa dari rumah lama padahal baru saja sampai, ibu memang tak pernah mengenal kata lelah tanpa ayah ibu mengangkat barang kesana kemari, ayah memang tidak ikut karna masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan mungkin satu atau dua jam lagi ayah akan menyusul kami kesini

kakakku yang duduk di sebelahku terlihat sangat berbeda dari biasanya, ia yang terkenal cerewet dan banyak tingkah kini menjadi diam seribu bahasa, tapi ko bukan hanya menjadi pendiam saja bahkan wajah kakak juga tampak pucat seperti sedang sakit, benar saja dugaan ku tangan kakak dingin sekali

"bu, kesini deh tangan kakak dingin sekali bu wajahnya juga pucat sepertinya kaka sakit bu" ucapku pada ibu

"mungkin kakak hanya kecapean dek, ya sudah antar saja kakak ke kamarnya, nanti pekerjaan ibu selesai ibu temani kakak berobat ibu juga harus nunggu ayah datang" jawab ibu sambil menempelkan bingkai foto di dinding

perlahan ku tuntun kakak ke lantai atas sesuai dengan permintaan kakak sewaktu masih di rumah lama kami bahwa kakak ingin kamarnya di atas, selesai menaiki anak tangga satu persatu ku buka pintu kamar dan ku bantu kakak merebahkan tubuhnya yang mulai menggigil itu ke tempat tidur, tangan yang dingin itu kini menggenggam erat tanganku sambil sedikit berbisik

"dek, tolong panggilkan ibu"

akupun mengangguk tanda meng-iyakan perintahnya, segera aku bergegas turun ke bawah ku lihat di ruang tamu ibu sudah tidak ada, ku cari ke kamar pun tidak ada

"bu, ibu dimana?" aku aga sedikit teriak agar ibu mendengarku

"iya dek kenapa? ibu dikamar mandi badan ibu terasa gatal" jawab ibuku

"kakak memanggil ibu, sepertinya kakak sedang kesakitan bu, kakak mau ibu menemaninya" jawabku dengan nada sedikit menggetar karna sangat mengkhawatirkan keadaan kakak

"ya sudah kamu temani dulu kakak mu, selesai mandi ibu langsung ke atas"

tanpa menjawab aku langsung pergi ke lantai atas dengan tergesa-gesa, sesampainya di kamar ku lihat kakakku begitu menggigil bibirnya membiru dan matanya mebelalak ke atas, akupun langsung membetulkan selimut kakak sambil menenangkannya, tiba-tiba kakak menatap mataku dengan tajam seperti orang yang mau menerkam, sambil sedikit cengengesan lalu merintih hal itu terus diulang kakakku, aku tidak mengerti apa yang terjadi padanya aku tetep berusaha untuk menenangkannya, saat itu kakak langsung bangun dan duduk sambil menundukan kepalanya, aku berusaha menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada kakak, tapi pada saat aku menanyakan hal itu kakak langsung menatap ku dan mengarahkan tangannya pada ku tatapan seakan-akan kakak sedang marah, saat itu aku menyadari kalau itu bukanlah kakakku, tiba-tiba kakak tertawa sekeras-kerasnya lalu kembali menatap ku sambil berbisik sesuatu tapi aku tidak mendengarnya, kelakuan kakakku yang semakin aneh membuat buluk kuduk ku berdiri, kaki ku tak kuat untuk bangun tatapan ku tak aku lepaskan untuk selalu memperhatikan gerak gerik kakak, karna aku takut sewaktu aku lengah ia bisa saja menerkam ku

teriakannya semakin keras, kakakku selalu mengeluarkan suara yang berbeda-beda setiap kalimat yang diucap olehnya, terkadang seperti suara seorang perempuan dan terkadang seperti suara seorang lelaki, aku merasakan suhu di kamar itu berubah menjadi sangat pengap sekali, aku ingin segera keluar dan memberi tahu ibu, tiba-tiba lampu mati dan pintu pun terutup secara berbarengan, tidak ada sedikitpun cahaya di kamar itu, aku berusaha membuka pintu tapi seakan-akan pintu itu terkunci dari luar hhhhhhh.. napas ku semakin sesak, suara tawa dan teriakan kaka begitu menggema di kamar itu, aku coba membalikan badan ku dan menyenderkan punggungku ke dinding, saat ini aku tidak tau dimana kakakku berada karna suara teriakannya sudah hilang dan kamarnya berubah menjadi sunyi seketika, beberapa menit kemudiaan ku dengar langkah kaki yang mencoba mendekati ku suara langkah kaki itu semakin lama semakin mendekat, napas ku semakin memburu aku benar-benar merasa takut

"ibu, tolong aku" lirih ku sambil menangis

langkah kaki itu, aku merasa ia mulai menjauhi ku, suara langkah nya seperti semakin jauh ku dengar tetapi suara tertawa itu kini muncul kembali dan suaranya semakin keras, aku berusaha menutup telinga ku tapi tetap saja suara itu masih berdengung di telinga ku, entah apa yang terjadi pada kakakku ia berteriak dan tertawa sekencang mungkin, tiba-tiba lampu menyala dan kakak ku... aku tak menyangka kakak merangkak di pojok dinding kamar macam binatang yang bisa menempelkan tubuhnya pada bidang yang miring, saat itu kakak berada tepat searah dengan ku matanya melotot dan rambutnya yang panjang menjuntai kebawah tangannya yang lentik seakan kaku mencengkram dinding itu, tatapan yang ganas itu serasa ingin terbang dan menubruk ku, aku kuat kan kaki ini untuk bangun dan bergegas lari keluar, aku buka perlahan pintu tanpa mengalihkan tatapan ku padanya, sepertinya ia tau kalau aku sedang berusaha untuk keluar tak ku sangka kakakku langsung cepat merangkang dari sudut dinding itu ke dinding dimana aku membuka pintu, tanpa pikir panjang aku langsung membuka pintu dan keluar dari kamar itu, belum sepenuhnya badan ku keluar dari kamar itu tangan ku dicengkram dan dipaksa untuk masuk kembali aku hanya bisa memejamkan mata, menolak dan berteriak sekencang-kencang nya agar ibuku mendengar

"ibuuuu, ibuuu tolong akuuu ibuuu"

ibuku pun segara datang dan berkata kepada ku

"dek kamu kenapa?"

akupun membuka mataku, ku lihat ibuku begitu kebingungan, dan terus bertanya berkali-kali, tanpa menjawabnya aku langsung menengok samping kanan ku yang saat itu masih terasa tangan kananku digenggam seseorang, aku pun kaget kenapa jadi ayah yang menggenggam tanganku, dan kenapa aku sedang duduk di ruang tamu aku semakin bingung ketika kakakku juga ikut menghampiri ku dengan memasang wajah heran

"dek kamu mimpi apa? makanya kalau mau masuk kerumah baru itu ya doa dulu jangan tiba-tiba masuk lalu tidur" ucap ayahku sambil mengusap-usap kepalaku.

Utamakan Berdoa Ketika Ingin Melakukan Sesuatu

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus ada bagian bagian tertentu yang membuat pembaca penasaran, ikut dalam alur cerita dan ending yang pas dan dapat pelajaran juga. Semangat menulis salam literasi

02 May
Balas

alhamdulillah, terimakasih sudah menyempatkan membaca cerpen saya yang begitu panjang sekereta hehe, salam literasi

02 May



search

New Post