Abah
H-961 Gurusiana
Seperti sore-sore sebelumnya, aku melihat Abah penjual keripik pisang, yang biasa mangkal di trotoar gedung olahraga itu menjajakan pisang di jembatan arah perumahanku. Hari ini kulihat tidak bersemangat. Tidak seperti sore kemarin. Tatkala kujambangi dengan menyerahkan sekotak kurma dan beberapa makanan yang bisa dinikmati bersama keluarganya. Dia terlihat senang. Berterima kasih sambil ngobrol ngaler ngidul. Sore ini terlihat sangat lesu.
Usianya memang tak muda lagi. Namun langkahnya masih memberi arti bagi keluarga tercintanya. Dia pejuang rupiah yang tak kenal menyerah. Saat hujan dia menjajakan dagangannya di teras-teras sepanjang ruko. Jika panas dia menggelar dagangannya di areal lampu merah. Kadang satu dua rupiah diperolehnya dari belas kasih orang yang melewatinya. Tak bisa kubahasakan, garis wajah kesusahan yang terlukis pada kulit tuanya. Namun aku menghampirinya sebagai lelaki yang punya komitmen pada hidupnya. Aku memanggilnya Abah.
Sore aku mendapati Abah menggelar dagangannya di jembatan arah perumahanku. Seperti biasa aku mendekatinya dan menyerahkan sembako kepada-nya. Alih-alih senang dan berterima kasih seperti biasa, Abah menepikan kantong pemberanku itu di sebelahnya. Kemudian dia menyandarkan badannya ke tembok jembatan. Memejamkan matanya sambil tangannya dirapatkan di antara kedua lututnya.
"Abah sakit?" Tanyaku.
Dia menggeleng dan kemudian kembali menggeser-geser dagangannya. Seperti sedang ada yang dipikirkan.
Dua bungkus keripik pisangnya saya ambil sambil menyerahkan uang selembar lima puluh ribu. Abah menerima uang itu dan mencari uang kembaliannya di saku celananya. Aku segera mencegahnya, agar tak mengembalikan kembaliannya. Saya katakan kepada Abah, kalau tidak sehat biar di antar pulang. Tapi Abah menggeleng, sambil membenamkan wajahnya di kedua lututnya.
Lelaki tua itu mungkin belum pernah bahagia hidupnya. Namun usia telah membawanya bersama kisah pilu yang dilaluinya.
Akhirnya aku meminta tolong kepada ojeg online yang mangkal tak jauh dari situ. Agar mengantarkan Abah jika dia ingin pulang.
Aku pun meninggalkan Abah untuk membeli makanan yang sudah matang. Dua bungkus nasi saya titip ke Abang ojeg yang saya sewa untuk mengantarkan Abah ke rumahnya. .
Saya pun pulang. Sejak saat itu, aku tidak melihat lagi Abah hingga hari ini.
Apakah dia baik-baik saja?
Sakitkah?
Atau....
Semoga Allah ganti lelahmu dengan kebahagiaan yang tidak pernah kau rasakan.
Cilegon , 10 Maret 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Smga si Abah baik2 sj ya, Ambu.
Kisahnya bikin baper. Semoga Abah sehat selalu.