H-1.013 Gurusiana

Hari Pendidikan Nasional Momen Tepat Kembalikan Ruh Literasi

Literasi Baca tulis sedang mengalami mati suri. Hidup tak bertumbuh, mati tak bernisan. Adanya bagai angin lalu. Berhembus tapi tak menyejukkan.

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali fungsi literasi. Terutama ruh literasi baca-tulis. Jika masyarakat Indonesia sudah tidak mau membaca dan menulis, maka ruh membaca dan menulis mati perlahan. Lama-kelamaan media literasi dalam bentuk kertas (buku, koran, dan majalah) dilupakan. Tergantikan oleh media cetak yang yang dibingkai dengan kebebasan mengakses teknologi, yang kian hari kian merajai.

Sayangnya, masyarakat memaknai teknologi sebagai dewa literasi. Mereka melupakan akarnya teknologi.

Perhatikan berapa banyak toko buku yang mengalami bangkrut, lantaran buku sudah tidak dilirik. Sudah tidak ada cerita penjual koran pagi yang berkeliling mengtarkan informasi melalui koran dan majalah. Mereka beralih profesi. Lebih prihatin lagi di dunia pendidikan. Perpustakaan hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku yang tak disentuh kemudian usang. Pembelajaran di kelas diganti dengan tayangan layar infokus, yang sekejap saja kemudian dihapus. Ini sebuah bukti bahwa akar literasi mati suri.

Hari Pendidikan Nasional sejatinya menjadi momen tepat mengubah dunia literasi. Mengembalikannya pada dunia yang sebenarnya. Sesuai fungsinya. Kembalikan ruh buku pada habitatnya. Pemerintah yang memiliki kewenangan, dapat melakukanya melalui kebijakan untuk mengembalikan ruh buku sesuai fungsinya. Dimulai dari dunia pendidikan.

Selamat Hari Pendidikan Nasional. Bergerak bersama, lanjutkan merdeka belajar.

Cilegon, 02052025