Siti Juwariyah, M.Pd

Nama : Siti Juwariyah, M.Pd Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 5 Januari 1986 Unit Kerja : SMKN 1 Panji EMail : [email protected] Hp : 08121736394...

Selengkapnya
Navigasi Web
LARAS
sumber gambar kibrispdr.org

LARAS

Penulis : Siti Juwariyah

Tantangan Menulis hari ke-32

Laras adalah perempuan desa yang sederhana. Dia sangat mencintai ibunya. Bagi laras ibunya adalah segalanya, sedangkan ayah laras meninggal dari kecil. Anak dan ibu ini tidak pernah terpisahkan satu dengan yang lain. Suatu ketika hari pernikahan Laras telah tiba, ibunya menangis berhari-hari karena akan berpisah dengan putri kesayangannya. Dengan berat hati ibunya merelakan kepergian laras kepada keluarga suaminya, Ibunya berharap suaminya akan menjaga Laras dengan baik.

Ketika serumah dengan keluarga suami, perdebatan kecil mulai terjadi. Selain itu, pertengkaran dengan mertuanya terlalu sering, anehnya suaminya tidak pernah membela laras sama sekal. Laras seperti sendiri di muka bumi ini, orang yang dia Cintai tidak bisa melindunginya. Semakin sering mertua dan suaminya selalu menyalahkan apa yang dilakukan Laras. Sampai suatu malam Laras mulai gila, dia sering bebicara sendiri dengan dinding kamarnya. Suaminya tidak pernah ada untuk dirinya.

Suatu ketika mertua Laras bertengkar dengan Laras, Hati Laras semakin sakit sekali ketika suami dan mertuanya menghina Ibunya, “Ibumu itu beban keluarga, masih meminta uang dari anaknya (Laras)”. Kata-kata yang keluar dari mulut suaminya saat itu, menjadi titik terburuk dan terpuruk Laras, cinta yang dia pertahankan hancur seluruhnya. Sebagai anak semata wayang, memang Laras memiliki pekerjaan yang baik, jadi sebelum menikahpun Laras sudah terbiasa memberikan sebagain gajinya untuk mamanya. Diawal pernikahan masalah inipun sudah di diskusikan, dan menurut keyakinan Laras bahwa istri tidak wajib menafkahi suami.

Dengan setengah sadar laras menelpon kakak sepupunya. Laras menelpon dengan sembunyi-sembunyi dari keluarga suaminya.

Kakak Sepupu : “Assalamulaikum Laras “

Laras : “mbakkkkkk..... tolong aku. Jemput aku secepatnya, bawa aku pulang mbak.” Sambil menangis sejadi-jadinya

Kakak Sepupu : “ada apa?”

Laras : “mbakk... jemput aku secepatnya, rasanya aku sedang didasar sumur yang tidak bisa keluar. Kalau sampean tidak menjemputku... aku akan mati”. Laras buru-buru menutup telpon, dia tahu suaminya menuju kearahnya karena bunyi langkah kaki suaminya.

Besuk paginya kakak sepupu Laras menjemput dari rumah mertuanya, dan hari itu adalah hari terakhir Laras menginjakkan kaki dirumah itu. Setelah itu hari-hari Laras tidak mudah lagi, jika dia mengingat kekerasan verbal yang dilakukan suaminya dan mertuanya membuat dia gangguan Jiwa. Ibunya membawa Laras kebeberapa psikiater, perlu waktu lama Laras untuk sembuh. Berbagai terapi kejiwaan Laras Jalani demi kesembuhan mentalnya. Psikolog pendamping Laras menyarankan Laras untuk menyibukkan diri dengan pekerjaannya atapun dengan hobinya. Sepuluh tahun berlalu ketika luka Laras mulai sembuh, datang mertuanya kepada laras agar melupakan sakit hati yang telah berlalu. Kadang orang hanya bisa menuntut untuk melupakan kesalahannya, tetapi lupa caranya meminta maaf dengan tulus. Luka laras bisa sembuh dengan bergulirnya waktu, tetapi ingatannya masih jelas disana. Dimana dulu Luka itu disayat setiap hari oleh belati yang disebut lidah tanpa hati.

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post