Siti Khodijah Lubis, S.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BEBASNYA REMAJA 90-AN
Sumber: movieden.net

BEBASNYA REMAJA 90-AN

Tantangan Menulis Hari ke-23

#TantanganGurusiana

Tema dunia remaja, terutama masa-masa SMA seolah tak ada habisnya diangkat menjadi sebuah film atau cerita. Seperti film yang akan saya ulas berjudul "Bebas" (2019) berikut.

Film arahan Riri Riza ini bercerita tentang Vina (Marsha Timothy) yang kebetulan bertemu teman lamanya, Kris (Susan Bachtiar) yang sedang sekarat di rumah sakit.

Kris yang umurnya diperkirakan hanya tinggal dua bulan lagi meminta Vina mengumpulkan teman-teman lama mereka sewaktu SMA yang diberi nama "Geng Bebas". Di sini lah kemudian cerita bermula.

Bersetting tahun 1995, film kemudian dibawa ke adegan kilas balik sewaktu Vina, saat itu masih anak baru yang berasal dari Sumedang, masuk ke sekolah di mana Kris berada yang lokasinya berada di Jakarta.

Sebagai anak baru, pemalu, berlogat dan bernama unik pula (Vina Panduwinata), Vina kerap dirisak teman-teman barunya. Kris yang gayanya 'swag' kalau kata anak sekarang, tampil menjadi pahlawan yang sering membela teman-temannya, terutama yang perempuan, dari menerima pelecehan dari beberapa teman yang nakal.

Yang aku suka dari film ini, pertama, kisahnya sangat relevan dengan dunia sewaktu aku remaja, sebut saja: ngumpul dan ngerumpi dengan teman sebaya, naksir cowok, perundungan, dan hasrat bermimpi sebesar-besarnya, ditampilkan semua.

Belum lagi, telinga yang seolah dibuai oleh lagu-lagu lawas dari Iwa K, Dewa 19, dan Kahitna, juga mata yang seakan dimanja dengan penataan kostum di film produksi MiLes Production ini. Tata rias dan busana pun hampir 100% sesuai untuk setiap era yang ditampilkan.

Saya acungkan jempol untuk hairdo dan rias wajah pemeran Vina dan Suci remaja. 90-an abis.

Namun, ada juga beberapa appearance yang sedikit kebablasan menurut saya, sih, seperti kostum dan tampilan (fisik) pemimpin geng "Baby Girls" (diperankan oleh Amanda Rawles)--rivalnya Geng Bebas, Jaka--cinta pertama Vina, si Bully--saya tidak tahu namanya- yang selalu melecehkan Vina (diperankan Giorgino Abraham), yang kesemuanya masih terasa khas aura millenialnya.

Konflik yang disajikan film ini sangat, bahkan terlalu kompleks. Riri Riza sepertinya ingin membawa semua --ya, semua!- isu yang masih sama panasnya dibawakan sampai era sekarang, di dalam satu wadah saja. Over burden, kalau saya boleh bilang.

Dimulai dari: penemuan jati diri, keberanian untuk 'speak up' (aku nggak tahu padanan katanya dalam Bahasa Indonesia), percaya diri, setia kawan, pelecehan seksual, komunikasi antara anak-orangtua, manajemen jatuh cinta dan patah hati, geng anak sekolah, hingga kondisi perpolitikan era pra reformasi yang menurut saya seolah dipaksa untuk dijejalkan. Cuma untuk sebagai latar bahwa, "Oh, ini settingnya tahun '95-96." Padahal, seandainya percakapan-percakapan terkait itu dihilangkan, pesan utama film ini malah lebih tersampaikan. Apakah biar film ini kelihatan 'berbobot' dan bisa diterima semua kalangan, baik pencinta film pop maupun film 'idealis'? Kalau iya, kayaknya 'ora mashook', sih.

Beberapa resolusi pun terkesan dipaksakan, misalnya, alasan Suci membenci Vina dan adegan si Bully yang (tidak sengaja) melukai wajah Suci, diakhiri dengan dikeluarkannya 6 anggota geng Bebas dari sekolah.

Dalam hati, saya bertanya-tanya, sekolah macam apa yang mengambil keputusan seekstrim (untuk tidak bilang 'nyeleneh') ini, dengan mengeluarkan 6 siswa yang membela hak-haknya, padahal mereka lah yang sebenarnya korban, dan malah mempertahankan 1 siswa yang sebenarnya biang onarnya?

Kepergian dan hilangnya Suci pun agak kurang masuk akal. Bukannya dia model terkenal yang jejaknya seharusnya gampang dilacak, ke kantor agennya dulu, mungkin? Sehingga, kemunculannya di akhir film bagi saya pun tidak mengagetkan. Yeah, lagi-lagi sekedar tempelan, cuma menuntaskan kewajiban berkumpulnya kembali anggota Geng Bebas yang utuh.

Secara keseluruhan, aku sangat menikmati film ini, sebab kita seolah dibawa bernostalgia ke zaman di mana media sosial belum ditemukan, bercanda dan berkelahi dengan teman nyata senyata sentuhan tangan.

Untuk Riri Riza, lain kali, pesan yang ingin disampaikan jangan diborong habis semua dalam satu film saja, sehingga kelihatan seperti tumpang tindih. Lebih baik usung dua atau paling banyak tiga isu, dalam satu film, kemudian isu yang lainnya bisa dibuat sebagai positive campaign di film yang baru lagi.

Bagi Anda yang berminat menonton film ini, saya ucapkan selamat mengenang indahnya masa SMA dan selamat menduga-duga, adegan yang ini, kok mirip film yang ... ah, rahasia! He he he. Oya, ada penampilan cameo dari Reza Rahadian, lho. Kalau mau tahu sebagai apa, tonton sampai habis filmnya, ya.

Foto di bawah adalah adegan favorit saya ketika Vina 'kesurupan', yang berhasil membuat saya ngakak habis di paruh pertama film ini. (Sumber: CNN Indonesia)

Tebing Tinggi, 28 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sy suka menonton film ANAK2 SMA spt ini, krn sy merasa remajavkembali. Hehehe...Salam kenal Ibu.

29 Mar
Balas

Wkwkwk. Biar selalu berjiwa muda ya, Bu. Salam kenal kembali, Ibu cantik.

01 Apr



search

New Post