Tantangan Menulis Hari ke-4

#TantanganGurusiana

It feels so good ketika mengetahui bahwa hari ini, Senin (9/3) Pak Admin Leck Murman memberi tema "Gurusianer Terfavorit".

Sebenarnya saya memiliki tiga gurusianer terfavorit, yaitu Ibu Dra. Salamah, M.Pd, Pak Admin Eko Prasetyo, dan Kak Eva Lestari Sitompul, SS.

Pada akhirnya, saya memilih menulis tentang Kak Eva saja, karena selain saya lebih 'dekat' dengan beliau secara personal, saya merasakan tulisan beliau semakin hari semakin kece dan mempunyai karakter tersendiri.

Let's check this out, guys.

Saya mengenal Kak Eva -begitu saya memanggilnya- saat kami berdua lulus Tes CPNS Pemko Tebing Tinggi, Sumatera Utara, pada tahun 2011. Kebetulan kami sama-sama mengambil formasi Guru Bahasa Inggris SMP. Beliau ditempatkan di SMP Negeri 1, dan saya ditempatkan di SMP Negeri 2 saat itu, sebelum akhirnya memutuskan pindah ke SMP Negeri 6 Tebing Tinggi.

Bagi saya, Kak Eva memiliki kepribadian yang supel, ramah kepada siapa saja, humble dan down to earth, padahal saya tahu dia pribadi yang sangat cerdas. Mengapa saya bilang begitu? Setiap saya mengikuti diklat atau pelatihan yang juga melibatkan ibu beranak dua ini di dalamnya, dia tak pernah mau menonjolkan dirinya dengan aktif berbicara di forum, padahal, ide-ide dan eksekusinya dalam mengerjakan setiap Lembar Kerja yang diberikan Instruktur selalu super dan penuh inspirasi.

Seperti di foto pada artikel ini, saya dan Kak Eva beserta 6 guru Bahasa Inggris lain dari Kota Tebing Tinggi, sama-sama mengikuti pelatihan Instruktur Nasional Guru Pembelajar di Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada tahun 2016 lalu. Pembawaannya yang ceria dan senang bercanda dan tertawa, seolah 'sengaja' dibuat agar menutupi kecemerlangan otaknya. Hehe, ini, sih, hanya praduga saya saja.

Ketika mengetahui Kak Eva bergabung dalam program Sagusabu Jilid 1 di kota kami tahun lalu, saya baru tahu kalau ternyata Boru Sitompul lulusan Sastra Inggris USU ini punya minat dan bakat dalam dunia literasi.

Tulisan awal-awalnya dalam mengikuti Tantangan Menulis Gurusiana, terutama yang "Tinggal di Kota Kecil", sangat simpel, mengena, relatable, dan tentu saja keren. Cara penyampaian dan gaya bahasanya juga luwes dan on point.

Makin kemari, mantan pegawai di sebuah maskapai penerbangan ini makin menampakkan ciri khas gaya menulisnya lewat cerpen bertema "slice of life" yang menampilkan tokoh sepasang suami-istri bersuku Batak dengan logat Batak yang khas berisi obrolan-obrolan ringan seputar rumah tangga dan kehidupan. Awsome!

Terlepas dari beberapa kekurangan tulisannya yang terkadang salah dalam menempatkan dialog tag dan "di" atau "ke" sebagai kata depan, tulisan-tulisan wanita cantik berkulit putih ini ibarat keripik singkong yang gurih dan kriuk-kriuk disantap saat menemani waktu santai kita di suatu sore yang cerah.

Jika saja Kak Eva bisa lebih sedikit menambah jumlah kata dan mengembangkan karakter, plot beserta konflik di dalam tulisannya, saya yakin, serial suami-istri Batak yang sayangnya belum diberi nama ini (beliau selalu memakai sudut pandang -POV- orang pertama, padahal jika diberi nama, misalnya, serial "Mak Ucok", kayaknya bakalan mantap banget), cerita ibunda dari Davin dan Khayla ini sangat layak diterbitkan menjadi sebuah buku bergenre fiksi yang bakalan hits sekali. Bahkan, saya akan membelinya satu apabila si buku naik cetak.

Semangat menulis terus, Mak Davin! I love you full, Kak!

Dari adikmu, Siti Khodijah Lubis. Officially, your new fans right now.

Tebing Tinggi, 9 Maret 2020