SITI KHOMARIYAH

Guru SMP N 1 Gringsing, ketika kita menulis..sebenarnya kita telah membuka diri untuk dikoreksi (M Agus Irkham)...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bambu Runcing Tantangan Menulis ke -73
Foto Bambu Runcing

Bambu Runcing Tantangan Menulis ke -73

Bambu Runcing

Masih teringat bahwa kita sering mendengar bahwa bambu runcing adalah senjata yang benar benar ampuh...

Hari ini aku membenarkannya

Setelah bekerja dari rumah selama hampir sebulan dan aktivitas berubah bila biasanya jam 6 berangkat ke sekolah mengajar, kini jam 6 aku mulai buka warung di rumah untuk ketiga putriku yang biasanya di pondok, sarapan di rumah. Sebagian yang lain menyetrika, menyapu, dll. Kemudian aku membantu ibu ke kebon atau ke sawah, menanam, menyiram, atau memanen atau sekedar mencari lauk daun atau lombok dll.

Lalu jam 7.30 aku berbelanja tempe, tahu atau ikan laut seperti gereh, atau panggang pethek atau ebi. Sambil mempersiapkan si kecil PAUD dan SD siap untuk belajar.

Sementara kakak yang pulang pondok juga persiapan masuk kelas online, yang kelas 9 ujian online, yang jelas 10 juga google classroom serta yang kuliah juga secara daring.

Pukul 8-9 masih sibuk belajar, dan kemudian berjemur dan kemudian dia lelaki kecil pergi memancing ke sungai bersama bapaknya, sementara saya ikut ibu ke kebon lagi atau ke sawah.

Dan apes hari ini, setelah memaben sereh, selesai jam 9 pindah kebon untuk menanam sereh, singkong, kecipir, lombok, jahe dll.

Jadwal tadi setelah menanam sereh adalah menanam kecipir.

Dan akupun selesai menanam sereh pukul 9.30 mulai memotong bambu yang kecil kecil alias pang.

Naas bagiku sarung tangan belum sempat aku pakai, dan ketika memotong sementara satu tangan kiri memegang bambu yang ku potong, dan tiba tiba lesssss jari telunjuk kiriku yang memegang hampir terbelah dan berwarna putih. Oh aku hampir pingsan ternyata terkena bambu runcing...

Aku langsung bilang ibu mau pulang, sambil kerudung ku aku talikan jariku sambil naik motor. Untung suami tidak ikut mancing anak laki laki yang SD karena mancing sama sepupu.

Lalu akupun di balutnya.

Aku tiduran karena banyak darah sulit berhenti.

Pulang jum'atan, ya di desa masih jum'atan dengan protokol ketat, aku minta pergi ke perawat tetangga yang sudah pulang dari puskesmas, dan di beri obat, hingga aku masih merasa sakit, rasa panas, perih dan pegel. Kata ibu kemudian karena terkena bambu. Oh begini rasanya.

Lalu balutan dibuka kembali dan kami tetesi dengan bekicot dan darah masih banyak, sehingga aku masih tiduran lagi.

Dan esok hari... Bagaimana acara ke kebon?

Aku masih menikmati rasanya terkena bambu runcing, padahal aku juga pejuang... Pejuang covid... Menanam bahan pangan...

Oh Tuhan semoga engkau kelas memberi kesembuhan bagiku yang masih semangat bersama Ibu bekerja di kebon.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Bu. Mohon ijin Bu, mengoreksi utk tulisan yang paling akhir itu tulisannya memang "kelas" atau " lekas" Bu.Tapi tulisannya bagus Bu.

17 Apr
Balas

inggih lekas terima kasih koreksinya

18 Apr

Jadi ikut merasakan luka kena bambu Bu

17 Apr
Balas

he he iya bu...kaget...sakitnya pasca kena

18 Apr



search

New Post