#TantanganGurusiana

Tantangan hari ke-84

*Edisi berkisah

NAHKODA TEGAS DI ATAS KEPUTUSANNYA

Pertikaian masyarakat tidak mudah dielakkan. Darah manusia seakan taruhan sebuah kepentingan bagi orang-orang yang membela kaumnya. Gejala pemurtadan kaum muslimin di Madinah sangat kuat. Sedangkan sebelum Rasulullah wafat beliau telah memiliki program pengiriman tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid ke Syiria. Keadaan ini membuat pemimpin baru melakukan tidakan yang tepat. Musyawarah para sahabat rasulullah pun selalu menjdi kebiasaan.

Umar ibnul Khotob, Usamah bin Zaid, dan beberapa sahabat yang lain berpendapat agar di tunda pengiriman tentara ke Syiria dicansel. Karena sangat membahayakan keselamatan pasukan dan pimpinannya. Mereka harus kembali ke Madinah. Secara logika pendapat ini sangat tepat. Tetapi Abu Bakar Assidiq bebeda pendapatnya. Semua permasalahan bisa diselesaikan dengan ijtihad kecuali yang sudah ditentukan oleh Allah dan Rasulullah Saw. Bagainya berpedoman bahwa pemberangkatan pasukan Usamah adalah perintah langsung dari Nabi Muhammad Saw, maka harus dilaksanakan apa pun resikonya.

Umar memerintahkan dengan tegas agar pasukan Usamah ke Syiria diteruskan. Dirinya tidak akan melanggar putusan yang diperntahkan Rasulullah. Hal ini bukan berarti menentang pendapat saudara seiman. Beliau hanya berpedoman untuk melaksanakan perintah Nabi atas dasar suara keimananannya kepada Allah dan rasulullah Saw.

Di sisi yang lain kaum muslimin melihat Usamah yang sangat muda belum tepat untuk menjadi pimpinan pasukan ke Syiria. Hal ini diusulkan agar Abu Bakar menggantinya. Tetapi Abu Bakar mempertahankannya. Beliau sampaikan alasannya bahwa Usamah menjadi pimpinan pasukan itu sudah dipilh oleh Rasulullah. Pemilihannya itu dilakukan sebelum Rasulullah wafat dan saat itu semua muslimin menerimanya. Sehingga tidak layak menyelisishi ketetapan Rasulullah Saw bagi kaum muslimin.

Ketegasan Abu Bakar di depan Umar sangat jelas. Dia memegang jenggot Umar kemudian mengatakan, “Patutkah kamu menyuruh saya untuk memecat Usamah, padahal Rasulullah telah mengangkatnya?”

Umar ibnul Khottob paham benar dengan kepemimpinan Abu Bakar. Di menerimanya dengan sangat legowo. Kemuadian mereka berdua dengan bismillah melepas keberangantan Usamah dan pasukannya menuju Syiria.

Sang Kholifah Umar ibnul Khotob berjalan kaki mendekati Usamah yang sudah di atas kuda. Usamah sangat malu karena merasa di atas kuda sedang Kholifah di bawah, sehingga berupaya turun. Namun Abu bakar menahannya. Dia tunjukkan bahwa Usamah tetap di atas kuda dan tidak salah dirinya berjalan kaki. Berjalannya itu di jalan Allah.

Keberangkatan Usamah dan tentaranya membawa hikmah di luar nalar manusia. Selain bertambahnya keimanan kaum muslimin kepada rasulullah, juga kepaa non muslim. Sepanjang jalan pasukan itu seakan mengobarkan kembali semangat orang-orang yang sedang kacau. Mereka melihat banyakna tentara dan kuatnya pasuakan berjalan, hatiny kembali terpanggil kepada keimanan. Mereka meyakini bahwa kaum muslimin itu kuat. Kaum Muslimin tetap dalam kepemimpnan yang tangguh. Terbukti masih sanggup mengirimkan pasukan ke negeri lain dengan jumlah besar. Maasya Allah luar biasa, hilanglah kekacauan fikiran mereka, yang murtad kembali iman. Abu Bakar te[at menjadi nahkoda yang tegas dalam setiap keputusannya.

Hikmah kisah ini adalah segala resiko dari sebuah keputusan selalu ada. Tetapi kenikmatan menjalanakan keputusan pemimpin yang mukmin selalu membawa kebaikan. Suara keimanan kepada Allah dan Rasulullah bagi seseorang tidak selamanya bisa dianalisa dengan logika manusia.