Kau Peluk Aku, Aku Tendang Kamu
Pagi itu udara cerah sekali , lebih cerah dibanding hari- hari kemarin, seperti biasa hari itu aku membawa para siswa menuju ke alun-alun untuk melaksanakan pelajaran olahraga, kebetulan hari itu adalah jadwalnya kelas dua. Sepanjang perjalanan tidak henti- hentinya mereka bernyanyi, menyanyikan lagu- lagu yang sudah diberikan oleh guru kelasnya., lagu dengan beragam nada dibawakan oleh wajah-wajah ceria tanpa dosa, kelihatan gembira sekali,. Pelajaran olahraga sudah mereka tunggu- tunggu sebab dilaksanakan hanya sekali dalam seminggu. Jarak sekolah kami dengan alun- alun kota cukup dekat, hanya sekitar seratus meter.
Sesampai di alun- alun segera aku kondisikan untuk memulai pembelajaran sesuai seperti apa yang sudah terencana dalam RPP. Ada sesuatu yang aku anggap lain dari biasanya , waktu itu Alun- alun nampak tidak seperti hari- hari yang selalu ramai dengan para pejalan kaki di lintasan jogging track, baik itu yang berolahraga maupun yang sekedar berekreasi mencari kesegaran udara pagi, juga ada yang berlari- kecil sampai beberapa kali untuk menjaga stamina diri, kali itu nampak agak lengang.
Dalam formasi barisan membuat lingkaran besar kami melaksanakan pemanasan dan streching, antusias sekali para siswa mengikuti kegiatan yang dikemas dalam bentuk permainan,. Setelah kegiatan inti selesai nampak sekali kalau mereka sudah kelelahan dan meminta ijin untuk minum, minuman yang mereka bawa sebagai bekal dàri rumah, memang setiap hari para siswa dianjurkan untuk membawa bekal , apalagi pas ada jadwal pelajaran olahraga..
Pada saat siswa sedang istirahat minum, aku membuka buku daftar nilai untuk membuat catatan tentang kemajuan perubahan sikap maupun pengetahuan dan ketrampilan para siswa.. Ketika sedang asyik menulis tiba-tiba ...srett ! aku merasakan ada sepasang tangan yang besar dan kokoh melingkar dengan erat ditubuhku, aku menyangka ada teman atau saudara yang iseng membuat kejutan, namun ketika aku menoleh ke belakang, ya ampuun....betapa terkejutnya diriku karena pemilik tangan itu ternyata orang gila yang sering berkeliaran di alun- alun, spontan akupun berteriak- teriak, " Wuaao...waao...tolong !...tolooong !!", aku berontak sejadi- jadinya, apapun yang kupegang kugunakan untuk memukuli tubuhnya. Ballpoint ditanganku hancur berkeping- keping, buku nilai sudah tak karuan lagi bentuknya., namun rupanya pelukannya belum surut juga, aku kerahkan tenagaku dengan menendangnya sekuat tenaga sambil masih terus berteriak histeris....Setelah beberapa saat berjuang dalam kepanikan akhirnya terlepas juga tangan si orang gila, yang kemudian pergi ngeloyor begitu saja, sedangkan aku hanya bisa terduduk lemas kehabisan tenaga tanpa dapat berkata- kata. Aku melihat sekeliling, tidak ada orang dewasa yang kebetulan melintas dan menyaksikan kejadian itu, agak jauh di pintu gerbang Pendopo Bupati kulihat ada dua orang Satpol PP yang berjaga sedang asyik berbicara, sehingga mereka nampaknya juga tidàk mendengar teriakanku. Para siswa dengan wajah keheranan dan ketakutan bertanya , "Bu, itu orang gila kenapa memeluk Bu Guru?", ...aku tidak kuasa menjawab, jantungku masih berdegup dengan kencangnya...hanya tiba- tiba tanpa terasa airmata deras meluncur dari mata ini, anak-anak yang tak berdosa itupun menghambur berdesakan memelukku...." Maafkan kami Bu yang tidak bisa menolong Bu Guru...", sambil menangis mereka tampak menyesalkan kejadian yang baru saja terjadi. Aku maklum karena mereka masih kelas dua , lain ceritanya mungkin kalau yang aku bawa adalah siswa kelas tinggi.
Setelah beberapa saat , kutenangkan diri dengan beristighfar sambil berulang menarik nafas dalam- dalam, anak - anak kuajak kembali ke sekolah dengan suasana yang berbeda dengan waktu berangkat tadi, tidak ada nyanyian tidak ada candaan, mereka asyik dengan celoteh masing- masing membahas peristiwa yang sangat mencekam yang baru saja menimpa gurunya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bu Siti, ceritanya menarik. Saya tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada saya. Terus menulis Bu, Masukan buat tulisan ibu, semoga berkenan. 1. Penulisan judul, setiap kata dimulai dengan huruf kapital kecuali kata pengubung, kata depan. Atau judul ditulis dengan huruf kapital semua. 2. Dalam satu paragraf, kalimat ditulis dalam kalimat pendek-pendek agar pembaca tidak membaca dengan tersengal karena kalimat yang terlalu panjang. Saya tunggu tulisan berikutnya
sudah saya perbaiki Bu Rom mudah-mudahan menjadi lebih baik, terimakasih sarannya
Tendangan tanpa bayangan.bun.
He he he...iya Pak , dalam kondisi kepepet akan muncul kekuata spontan untuk penyelamatan diri( eksplosif power) nha begitu juga yang terjadi dengan saya waktu itu. Terimakasih Pak WA Sutanto...salam literasi
Semangat selalu...salam literasi juga Pak Ahmad Jaenudin Gojali
Tetap semangat. Salam Literasi
Cerita ibu Siti sangat menarik. Mungkin ada baiknya pelajaran olah raga penjas bisa dilaksanakan setidaknya dengan 2 guru 2 kelas/ rombel... Ya preventif untuk kejadian kejadian yg serupa yang tidak diinginkan seperti cetita ibu Siti tersebut. Tentunya itu bukan skenario yg ada pada RPP. Semoga dapat menjadi pengalaman yang berharga. Ditunggu tulisan ibu Siti yang berikutnya...
tentu saja tidak ada dalam RPP Pak, kalau untuk membawa dua kelas sekaligus meskipun dibawa dua guru tetap repot Pak, paling bisa ditemani guru Wiyata Bakti, terimakasih saran dan usulny Pak Slamet Haryadi...salam literasì.