Siti Magfiroh

Guru SMPN 1 Cikande dan guru YPI Ar-rahman. Alamat Kampung Jati Gede Desa Cakung Kecamatan Binuang Kabupaten Serang Provinsi Banten Aku fb ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Suara Suarah

Suarah adalah anak kelas VI SD yang pendiam dia selalu menjawab seperlunya, tidak di sekolah tidak di rumah, diam adalah caranya bertahan dari kehidupan. Gadis kecil anak satu-satunya tidak suka dengan jengkol baginya jengkol itu bau, melihat jengkol saja tak suka, bahkan hanya menyebut namanya.

Tapi di rumah orang tua Suarah yag hanya seorang janda sehari-hari menyambung hidup hanya dengan berjualan jengkol titipan tetanggnya setiap satu kilo jengkol ia mendapat 1000 perak, selain dari menjajakan jengkol keliling Emak Suarah juga suka membantu tetangganya menanam padi terkadang juga mengambil dedaunan rawa yang juga dijualnya keliling.

Emak Suarah Bu Maemunah suka sekali dengan jengkol tetapi karena anaknya tidak suka, ia tak pernah masak jengkol. Dari uang keuntungan jualan seadanya, hampir tiap hari memasak tempe atau tahu.

Suatu waktu di sekolah pelajaran Seni Budaya, Bu Maryam wali kelas VI SD Mencontohkan bagaiamana teknik bernyanyi, hal apa saja yang harus dilakukan sebelum bernyanyi, kemudian mencontohkan bernyayi hingga bernyanyi bersama.

Mari kita bernyanyi bersama lagu Ibu Kita Kartini

Ibu kita kartini putri sejati putri Indonesia harum namanya

Ibu Kita kartini pendekar bangsa pendekar kaumnya untuk merdeka, wahai ibu kita kartini putri yang mulia sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia.

Di saat teman sekelasnya bernyanyi, mengikuti bu Maryam Suarah hanya diam memperhatikan, semenjak dulu jika teman-temannya bernyanyi atau gurunya bernyanyi Suarah hanya diam seolah tak punya suara.

"Nah, hari ini menyanyinya cukup, untuk tugas Minggu depan silakan kalian pilih lagu yang kalian suka, nanti maju, satu-satu." Terang bu Maryam.

"Boleh nyanyi balonku gak bu?" Tanya Boni sambil mengacungkan tangan.

"Boleh, ada yang mau bertanya lagi?"

"Pelangi-pelangi bu, boleh tidak?," tanya Mala teman sebangkunya Suarah.

"Boleh-boleh, pokoknya lagu yang kalian suka."

"Kamu gak nanya juga Ra," Tanya Mala sambil menyenggol tangan Suarah

Tapii hanya dibalas senyum.

Bel berbunyi waktunya pulang.

Saat berjalan pulang anak-anak yang satu arah dengan Suarah mengobrolkan lagu apa yang hendak mereka nyanyikan

"Kamu lagu apa Putri?" Tanya Mala

"Aku lagu Nina Bobo aja ."jawabnya yakin

"Nanti kamu bobo gak, gara-gara nyanyi itu," Jawab Mala samabil terkekeh

"Gaklah, " jawab Putri singkat.

"Kalau, kamu mau lagu apa Ra," Tanya Mala lagi menyelidiki

"Mana jawab Putri Malukan gak punya Suara, namanya aja Suara." Jawab Putri ketus.

Lagi Putri malu itu hanya menjawab dengan senyuman.

Sesampainya di rumah emak Suarah belum pulang sementara ia sudah lapar, apalagi pagi ini ia tidak membawa bekal ataupun uang jajan.

Sambil menahan lapar ia hanya mengurung sendiri di kamar.

Tetangganya mengantarkannya makanan, karena Emak suarah membantu tetangga yang lagi hajatan.

"Ra, emak kamu gak pulang dulu mengiris sayuran." Ujar tetangganya sambil menyerahkan baskom makanan berisi sayur nangka, ikan asin dan jengkol.

Ah jengkol keluhnya dalam hati. Jengkol adalah makanan favorit warga kampung jengkol hampir tiap hajat makanan itu selalu tersedia di meja perasmanan meski bau, hampir semua warga suka kecuali Suarah.

Tapi entah kenapa waktu itu, biasanya ia tidak suka dengan jengkol bau tidak enak itu yang ia tahu.

Ngicip dikit kali gak papa, meski tetiba bayangan Ayahnya muncul.

Baru mencium saja Suarah mual.

Akhirnya ia hanya makan nasi, ikan asin dan sayur nangka.

Sesudah makan, Suara mencari air untuk wudhu dengan membawa ember ia menimba air, karena tak kuat ia hanya membawa sedikit, rumahnya hanya geribik sementara di kampung rumah tetangganya ada yang masang sanyo dan jetpam sementara kompa airpun dia tak punya.

Dilihatnya anak-anak lain Mala, Putri sibuk memegang gawai sambil makan jengkol yg dikirimkan tetangganya karena orang tua mereka membantu tetangga hajat esok sambil menyetel youtube mendengarkan menyanyai, mereka diduk di amben depan warung yamg di depannya ada sumur timbanya.

" Sini gabung Ra," tawar Mala

Dia hanya menjawabnya belum sholat saya mau sholat dulu.

Saat selesai sholat ia selalu mendoakan ayahnya yang sudah tiada, airnya menetes mengingat peristiwa 3 tahun silam.

Saat ayahnya makan jengkol, waktu itu ayahnya baru selesai dari pulang dari sawah karena capai dan lapar bapaknnya sangat lahap sekali. Selain ke sawah karena suaranya yang merdu sering kali ia menyanyi hadroh di hajatan tetangga.

Maafkan Ara Pak, gara-gara Ara bapak gak ada, Ara menyesal mengagetkan Bapak saat bapak makan dan sampai tersedak, Ara masih sangat bersalah sampai hari ini, Semoga bapak dilapangkan kuburanya.

Suara tangisan Suarah terdengar oleh Ibunya, tanpa mengetuk pintu ibu Suara mendengarkan apa yang Suarah doakan. Selama ini ternyata Suarah masih sangat bersalah, gumam Ibu Suarah yang meskipun sudah tua,, tapi masih terlihat cantik. Dari air matanya sungai air matanya deras mengalir.Melihat anaknya sedang berdoa dan menangis, ibunya memeluknya erat.,

"Sudah Nak, jangan merasa bersalah, itu sudah taqdirNya, bukan karena salahmu, mati dimana, kapan, dan dengan cara apa kita tak pernah tahu, jika tahu mungkin hidup kita tak tenang."

"Iya, bu semoga bapak tenang yah bu," jawab Suarah Lirih

Sambil terisak nangis, ia tertidur pulas.

****

Seminggu berlalu seperti informasi teman-temannya mereka sudah siap akan bernyanyi sementara Suarah.

Belum siap sama sekali.

Pagi sebelum ia berangkat sekolah, enaknya tak punya uang sepeserpun sementara seminggu ini hanya ada makanana yang terus dihangatkannya jengkol sesuatu yang Suarah tak suka.

"Kenapa aku selalu menghangatkan jengkol yah, padahal anakku tak suka, biarku buang saja." Sambil memindahkan dari wajan ke piring,"

Tapi tak ada makanan apapun kecuali ini, saat musim kering sayur rawapun tak ada.

Hampir jengkol itu dibuang. Tapi suara Suarah mengagetkankanya

"Tunggu bu, tak usah dibuang, Ara mau kok makan jengkolnya.

"Benar Nak.

"Iya, bu"

Pagi itu seumur hidupnya ia baru merasakan jengkol, sosoknya yang pendiam membuat dia tambah pendiam ia mencoba berlatih nyanyi seluruh ruangan terasa bau.

Sial gerutunya dalam hati ini pertama kalinya saya bernyayi tapi jengkol ini membuat mulut saya bau bahkan ruangan ini.

Pagi ini saatnya kalian tunjukan bakat terbaik kalian anggap ini panggung spektakuler.

Ibu panggil sesuai absen yah.

Ahmad.

Ahmad pun bernyanyi Aku seorang kapiten nampak gagah karena tak disangka Ahmad sampai pakai baju kapiten dan membawa pedang panjang

Sudah suara Ahmad keren, kostumnya pun tak kalah keren puji bu Maryam.

Mala

Keren suara Mala seperti artis cilik yang mirip Ibu, Tasya Kamila namanya.

Tibalah saat Suarah

Suarah.

Suarah..

Suarah..

Dipanggilan ke-3 Suarah mau maju

Silakan nyanyi.

Ara lagi hanya diam.

Hayo Ra, silakan nyanyi.

Ayahku kirimkan doa agar engkau ...

Sebanarnya ia ragu menyanyi tadi saat di tumah seleuruh ruangan bau oleh bau..

Tapi tak ada yang menutup hidung,

Silakan lanjutkan lagi perintah bu guru suara kamu bagus...

Suara melanjutkan lagi nyanyian, ternyata seluruh kelas menetekan air mata, lagu yang Sarah nyanyikan merdu penuh dengan penjiwaaan. Lagunyapun sesuai dengan keadaan Suarah yang tak punya ayah.

Diakhrii tepuk tangan semua anak, Bu Maryam pun memeluk Sarah disusul semua teman-teman Suarah.

Sebenarnya Suarah tak menyangka apa yang membuat suaranya merdu, setahunya ia tak memiliki suara merdu pernah sekli menyanyi temannya menertawakan suaranya. Mulai peristiwa itu suara nanyiannnya tak lagi terdengar.

Apakah karena jengkol, ah gak mungkin gumamnya dalam hati Tapi mulai hari itu, ia suka dengan jengkol.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waduh, lalu kenapa suaranya suaroh jadi bagus yah Bund. Gak mungkin khan karena jengkol. Sukses selalu dan barakallahu fiiik. Bu ini kisah nyatakah. Murid ibukah

24 Nov
Balas

Hanya cerpen bu ☺. Sebenarnya lanjarannya ada bu, bapak Suarah juga suaramya merdu. Tapi di akhir pembaca diajak berpikir bebas

24 Nov

Keren Bu tapi namanya Suara atau Suarah?

24 Nov
Balas

Terima kasih Bu ☺, Suaroh Bu...banyak pemgetikan yang salah.

24 Nov
Balas

Terima kasih Bu ☺, Suaroh Bu...banyak pemgetikan yang salah

24 Nov
Balas

Tapi ceritanya keren. Selamat ya Bu

24 Nov

Terima kasih bu, Rumondang Sitohang, komen ibu membuat saya semangat membuat cerita ☺.

24 Nov
Balas



search

New Post