"Ulang-ulang fotonya," saran seorang teman saat aku berfoto bareng dengannya.

"Senyumnya biasa saja geh Nayla, kamu tuh kalau senyum jelek tahu," terangnya lanjut

Sudah beberapa kali ia katakan itu, sehingga membuatku ragu untuk banyak tersenyum. Memimpikan wajah cantik, kulit putih mulus adalah impianku, juga badan tinggi semampai adalah impianku dan juga impian banyak wanita.

Di waktu yang lain temanku pernah saat foto bareng menurut mereka hasilnya jelek kalau ada aku, sering kali mereka tak mengajaku untuk berswafoto.

Terkadang omongan tetangga juga tak kalah mengahancurkan dan memengakan telingaku ibumu cantik, bapakmu juga ganteng kok kamu item, pendek lagi semntara tetangga yang lain menambahkan hidup lagi.

Jadilah aku perempuan minder, tak suka senyum lebih memilih melipat muka daripada tersenyum, hingga saat inipun sikapku sama, tak ada teman akrab di kelas semuanya asing bagiku, teman terbaikkku adalah kesendirian, termasuk sendiri diantara keramaian.

Aku tak pernah jajan karena ibu punya tokoh kelontong yang cukup besar, jika ada pembeli aku tak oernah melayani sekalipun, ataupun keluar, sudah cukup sekali aku diberlakukan seperti itu omongan tetangga yang, ah, perih, pedih kalau diceritakan.

Menjadi anak bungsu dari 2 bersaudara memang seru bagi yang lain taoi tidak bagiku, Kakakku Sarah yang terlahir cantik seperti ibu sering dipuji-puji orang,