Ida Mahmudah

Saya ingin selalu belajar menjadi lebih baik. Saya senang mengikuti kegiatan menulis. Apapun ingin saya tulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengajar dengan Hati Nurani

Mengajar dengan Hati Nurani

Beberapa hari ini kita dikejutkan dengan berita tentang seorang anak gadis berusia 19 tahun telah membunuh ibu kandungnya dengan 151 tusukan di wajah dan di leher. Gadis bernama Isabela itu menjadi viral saat ini karena ketika di ruang sidang tersenyum ke arah kamera yang membidiknya. Bahkan di lain pose dia memainkan mata dan mulutnya seolah tanpa beban dan rasa bersalah sama sekali.

Untungnya gadis itu bukan warga negara Indonesia melainkan warga Amerika Serikat. Kenapa? Karena dalam kalau dia warga negara Indonesia, maka betapa kita merasa sangat terluka dengan perilakunya. kita juga akan sangat kecewa karena dunia pendidikan kita akan tercoreng dengan perilakunya yabg sangat tdak beradab.

Membunuh adalah perbuatan yang merusak dan keji, apalagi yang dibunuh adalah ibu kandungnya sendiri. Anehnya dia biisa tersenyum di hadapan kamera dengan mimik yang seolah merasa tak bersalah. Sungguh perilaku yang sangat memalukan sekaligus memilukan. Bahkan membuat geram.

Sebagai pendidik, kita pasti bertanya-tanya mengapa sampai terjadi seperti itu? mengapa ada anak yang tega membunuh ibu kandungnya dan bisa tersenyum di hadapan kamera? Meskipun ada alasan yang menyatakan dia mengalami gangguan jiwa atau stress, namun alasan itu tudak bisa difahami dan ditoleril karena seolah akan melegalkan pwrbuatan keji tersebut.

Ada ulasan yang menarik dari Ari Ginanjar, pendiri ESQ tentang hal ini. Pendidikan di sekolah selama ini lebih mengutamakan kecerdasan akal dan mengedepankan prestasi akademik. Kurang memperhatikan kecerdasan emotional dan spiritual peserta didik. Berbagai lomba atau kompetisi pavorite lebih didominasi bidang akademik atau intelektual. Mulai dari olimpiade sains, lomba robotik dan sebagainya. Kompitisi akademik yang terjadi di dalam kelas juga membuat peserta didik kurang peka secara emosi dan spiritual karena hanya mengedepankan intelektulitas. Sangat jarang diadakan lomba yang menggugah kecerdasan emosional atau spiritual.

Sejalan dengan ini pemerintah memang sudah mulai mengubah orientasi pendidikan nasional yang semula didominasi ranah kognitif dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 mulai mengutamakan tanah afektif atau sikap. Namun, K-13 yang baru berlaku sekitar enam tahun terakhir memang belum sepenuhnya mencapai target yang diharapkan. Hal ini karena proses pendidikan memang membutuhkan waktu atau proses yang tidak sebentar. Hasil yang diharapkan dari perubahan ini baru akan terasa 20 tahun kemudian.

Penguatan emotional qoestion atau kecerdasan emosional bisa diolah oleh guru di dalam kelas dengan selalu menyentuh hati nurani peserta didik. Caranya dengan sering mengajak mereka merefleksi segala persoalan aktual yang ada di masyarakat. Dalam gerakan sekolah menyenangkan (GSM) yang didirikan oleh pemerhatoi pendidikan sekaligus dosen UGM yakni Prof M. Nur Rizal dan Istrinya Ibu Novi chandra, dikembangkan metode pembelajaran SEL (Social Emotional Learning) yang mengajak siswa untuk mengembangkan rasa empati dan simpati kepada sesama. Dalam metode ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Peserta didik diberi stimulus berupa video, cerita yang didengar atau bacaan

2. Setelah proses mengamati, peserta didik diajak untuk menyatakan rasa dan pikirannya dengan menjawab beberapa pertanyaan, yaitu:

a. Apa yang dilihat, di dengar, dibaca?

b. Apa yang dirasakan?

c. Apa yang dipikirkan?

d. Apa yang diingikan?

e. Apa yang akan dilakukan?

3. Kemudian siswa menuliskan jawabannya dan menyatakannya secara lisan

4. Peserta didik bersama guru melakukan refleksi atas permasalahan yang terjadi dan memberikan penguatan serta kesimpulan.

Dengan seringnya peserta didik diajak melakukan refleksi dan menggali empatinya, maka secara perlahan namun pasti kecerdasan emosional mereka dapat berkembang dengan baik. Jika semua peserta didik memiliki kecerdasan emosional yang bagus ditambah dengan kecerdasan spirutual yang bagus pula maka bisa dipastikan tidak akan melakukan tindakan atau perbuatan yang merusak atau menyakiti orang lain atau bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Artikel yang mantap dan keren bu haji, Penuh informasi, terimaksih ya ibuku, Salam literasi.

14 Sep
Balas

alhamdulillah. terima ksih bu haji

14 Sep

Kereeen tulisannya, Bu Hj. Betul sekali, guru dlm mengajar harus menggunakan pendekatan2 yg humanis dan lebih mengutamakan dalam pembentukan karakter siswa, bukan hanya menjejali dg kognitif semata. Sukses selalu. Salam literaai

14 Sep
Balas

Kereeen tulisannya, Bu Hj. Betul sekali, guru dlm mengajar harus menggunakan pendekatan2 yg humanis dan lebih mengutamakan dalam pembentukan karakter siswa, bukan hanya menjejali dg kognitif semata. Sukses selalu. Salam literaai

14 Sep
Balas

Ya pak Dede. terima kasih sudah mampir

14 Sep

Mantap idenya Bu. Tulisan yang menginspirasi dan merefleksi diri. Semangat selalu. Barokalllah

14 Sep
Balas

Terima kasih Pak Muslih.

14 Sep

makasih Bu Ida. saya masih gagap nih/ lom lancar

14 Sep
Balas

Terima kasih Bu Ina.

15 Sep
Balas

Terima kasih Bu Ina.

15 Sep
Balas

Ma Syaa Allah, kereen Bu Hajjah. Lanjutkan. salam literasi.

14 Sep
Balas

Great but Ida. Betul sekali. Tulisan bu ida jd lbh menginspirasi guru utk lbh mengedepankan EQ & SQ. Touching heart & Teaching with heart. Menyentuh hati para Siswa & mengajar dgn hati. Super sekali. Slm literasi

15 Sep
Balas

Terima kasih Bu Nalti. Semoga kita bisa mempraktikkannya

16 Sep

Artikel yang bagus Bu sukses selalu

17 Sep
Balas

Terima kasih. bu sudah mampir

23 Sep



search

New Post