KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3.a.8 COACHING SUPERVISI AKADEMIK
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3.a.8
COACHING SUPERVISI AKADEMIK
Oleh : Siti Maisaroh, S.Pd.SD
SD Negeri 4 kabat
CGP Angkatan 7 Kabupaten Banyuwangi
Kelompok 8b
Pengajar Praktik : Budiyono ,M.T,S.T Fasilitator : Drs. Imam Sofi’I, M.Pd
Pada fase koneksi antar materi ini kita diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Paket Modul 2: Pembelajaran yang berpihak pada murid.
Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.
Seorang guru penggerak harus mampu menjalankan peran sebagaimana yang dipelajari pada Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak yaitu 1) Menjadi Pemimpin Pembelajaran, 2) Menjadi Coach Bagi Guru Lain, 3) Mendorong kolaborasi, 4) Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency), 5) Menggerakkan Komunitas Praktisi. Lima peran guru penggerak yang selaras dengan modul 2.3 Coaching untuk supervisi akademik adalah peran yang ke-2 yaitu menjadi coach bagi rekan guru lain, oleh karena itu guru penggerak harus memahami dan menerapkan materi yang sudah dipelajari pada modul 2.3 ini agar bisa memaksimalkan perannya tersebut.
A. Kesimpulan dan Refleksi Materi Pembelajaran Modul 2.3
1. Definisi Coaching
Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).
Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.
Dari pendapat para ahli tersebut coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang dilakukan untuk menemukan sebuah solusi yang berorientasi pada hasil yang sistematis dengan menggali potensi , pengalaman hidup , pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi coachee sehingga dapat meningkatkan performa kerja serta mampu mengatasi permasalahan coachee.
2. .Paradigma Berfikir Coaching
1.Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan,
2.Bersikap terbuka dan ingin tahu,
3.Memiliki kesadaran diri yang kuat,
4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan
3. Prinsip Coaching
Agar tiga prinsip coaching yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan supervisi akademik :
.1. Kemitraan
Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan. Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee. Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara keduanya.
2. Proses Kreatif
Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang: 1. dua arah, 2. memicu proses berpikir coachee. dan 3. memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.
3. Memaksimalkan Potensi
Prinsip coaching yang ketiga adalah memaksimalkan potensi. memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.
4. Kompetensi Inti Coaching
Terdapat 3 Kompetensi inti dalam coaching agar dalam proses coaching dapat berjalan dengan maksimal yaitu:
1 .Kehadiran Penuh/Presence
Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
2.Mendengarkan Aktif
Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
3.Mengajukan Pertanyaan Berbobot
Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
5. Coaching dalam konteks pendidikan
Dalam Filosofi Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) murid agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.
6. Coaching dengan alur T-I-R-T-A
Alur TIRTA yang terdapat dalam percakapan pelaksanaan coaching yaitu :
1.Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
2.Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
3.Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
4.TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
Percakapan coaching dilakukan dalam suasana akrab dan cair menggunakan Bahasa sehari-hari, untuk memastikan adanya kemitraan antara coach dengan coachee, agar coachee nyaman
B. PENGALAMAN REFLEKTIF TERHADAP PENGALAMAN BELAJAR
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching
Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pembelajaran yang berpihak kepada murid.
beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi kemitraan, konstruktif, terencana, reflektif, dan objektif.
siklus dalam supervisi klinis umumnya meliputi 3 tahap yaitu, pra-observasi, observasi, dan pasca-observasi
Pengalaman reflektif terkait pengalaman belajar
1. Emosi yang saya rasakan, saya tergugah untuk terus belajar mendapatkan pemahaman yang baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan tertantang untuk memperbanyak praktik coaching.
2. Yang sudah baik dan yang perlu diperbaiki, mendapatkan pemahaman materi tentang coaching dan sudah mempraktikkannya. Sedangkan yang perlu diperbaiki terkait kompetensi coach yang baik yaitu mengajukan pertanyaan berbobot.
3. Implikasi terhadap kompetensi diri, menambah dan mengotimalkan diri sebagai seorang pendidik juga orang tua untuk menjadi coach bagi orang lain.
Bagaimana penerapan coaching untuk supervisi akademik?
Melalui supervisi akademik, kegiatan pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran, coaching dibutuhkan sebagai peningkatan motivasi atau komitmen diri seorang guru sehingga kualitas pembelajaran meningkat dan meningkatnya motivasi kerja guru.
Coaching sebagai membangun kompetensi kemitraan. kemitraan dalam menjalani proses coaching dapat terbangun dan membuka peluang akselerasi kesadaran yang mendorong tindakan aksi manakala dilandasi kepercayaan coachee kepada coach. Dalam prosesnya kita tidak perlu memandang kesenjangan jabatan karena dalam supervisi akademik terjadi proses kolaborasi antara supervisor dengan guru.
Tantangan implementasi coaching di sekolah?
Seringkali supervisi akademik dilihat sebagai sebuah proses yang bersifat satu arah. Apalagi supervisi akademik dilaksanakan satu semester dua kali bahkan satu tahun dua kali. Supervisi hanya sebagai sebuah tagihan atau kewajiban saja sehingga supervisi dianggap suatu beban dan tekanan bagi guru untuk menyelesaikan tugas-tugas administrasi pembelajaran belaka.
Alternatif solusi untuk tantangan yang ada?
Pada proses coaching supervisi akademik seorang coach lebih menekankan menjadi pendengar aktif, seorang coach hanya mengajukan pertanyaan yang merangsang ide melalui jawaban dari coachee serta Dibutuhkan sebuah keterampilan berkomunikasi untuk melakukan coach
C. REFLEKSI
KONEKSI ANTAR MATERI
1.Keterkaitan coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Sesuai dengan definisi pembelajaran berdiferensiasi tersebut dapat diasumsikan bahwa paradigma coaching dan prinsip coaching dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Selain itu dengan menerapkan coaching sebagai sebuah pendekatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid adalah suatu hal yang dapat dilakukan dan efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Untuk menyusun dan melaksanakan proses pembelajaran, guru akan mengaarahkan murid untuk menemukan, menentukan/memilih kebutuhan belajarnya. Murid dimampukan untuk dapat belajar sesuai dengan gaya belajar, kemampuan belajar, bakat dan minat yang dimiliki. Dengan demikian pembelajaran dapat berjalan baik dan murid merasa nyaman dengan proses belajar yang mereka lakukan.
2.Keterkaitan coaching dengan pembelajaran sosial emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
-Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
-Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
-Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
-Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
-Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Lima kompetensi sosial emosional yang dipelajari pada modul 2.2 menjadi modal dasar seorang guru agar dapat menguasai tiga kompetensi coaching . Sehingga pembelajaran sosial emosional sangat penting ,perlu ditempuh dan dikuasai seorang guru untuk meningkatkan kompetensi sosial emosionalnya sebelum belajar mengenai coaching .
Selain itu, dalam pembelajaran sosial emosional seorang guru akan memperoleh pengalaman mengenai mengelola diri yang baik hingga mampu mengambil keputusan. Salah satu teknik untuk mengembalikan kesadaran penuh atau (mindfulness) dapat dilakukan dengan teknik S-T-O-P yang dapat diterapkan kepada coachee sebelum melakukan kegiatan coaching. Dengan demikian coaching akan terlaksana dengan baik dan dapat memampukan coachee dalam menemukan solusi masalah yang dialami.
3.Keterkaitan Keterampilan Coaching dengan Pengembangan Kompetensi Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Sebagai pemimpin pembelajaran yang baik kita harus memiliki prinsip dan mampu menerapkan paradigma coaching untuk supervisi akademik agar dapat melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran sebagai bahan perbaikan kedepan. Kemampuan coaching seorang pemimpin pembelajaran harus selalu ditingkatkan dan diasah guna supervisi akademik yang dilakukan dapat optimal dan membawa perubahan yang lebih baik.
Melakukan supervisi akademik dengan teknik coaching akan lebih efektif dibandingkan dengan teknik lain. Karena dalam coaching seorang coachee mampu menemukan potensi positif dalam diri maupun potensi lain disekeliling sebagai solusi atas masalah yang dihadapi. Suatu hal yang muncul atas inisitif atau hasil pemikiran reflektif seseorang biasanya lebih bertahan lama dalam jangka panjang,dapat dilakukan secara konsisten dan memberikan kesan makna yang mendalam ketika berhasil diterapkan.
“Siswa tidak membutuhkan guru yang sempurna. Siswa membutuhkan seorang guru yang bahagia. Siapa yang akan membuat mereka bersemangat untuk datang ke sekolah dan menumbuhkan kecintaan untuk belajar."
“ Salam Guru Penggerak , tergerak , bergerak dan menggerakkan”!

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam guru penggerak ,mohon ijin berbagi bapak ibu , masih pemula , mohon maaf bila masih banyak kekurangan , saran dan masukannya bapak ibu , salam dan bahagia