CINTAMU SETIPIS KERTAS Bagian 7 (Tantangan hari ke 148)TantanganGurusiana)
Kini Sinta hidup bahagia bersam anak dan ibunya, dengan tetap sendiri tanpa menikah lagi, Sinta berusaha dengan sekuat tenaga untuk membesarkan anaknya, kini anaknya sudah lulus kuliah, banyak pelajaran yang bisa di ambil Sinta dari kehidupannya, mulai dari hidup yang serba berkecukupan, tetapi tidak bahagia, sampai akhirnya dia harus berjuang sendirian untuk anaknya, namun penuh dengan kebahagiaan, dan kini Sinta betul-betul bahagia, karena anaknya sudah dewasa, hartanyapun lumayan cukup, semua adalah hasil dari kerja kerasnya.
Hidup memang tidak selamanya berada di bawah, begitu juga sebaliknya, diibaratkan seperti roda berputar, kadang di atas dan juga kadang di bawah, Sinta pernah berada pada posisi dua-duanya, namun Sinta bisa mengambil sisi baik dari dua posisi tersebut, sedangkan Kahar tidak bisa melihat itu semua.
Kini kehidupan Kahar berbalik 180 derajat, yang awalnya hidupnya selalu bergelimangan harta, dan selalu menagung-agungkan harta, ternyata sekarang semua habis, hartanya habis gara-gara selalu kalah tender dalam bisnisnya, selain itu Kahar selalu menganggap bahwa uang segala-segalanya, semuanya bisa dibeli dengan uangnya, tapi kini saat Kahar tidak punya, tidak ada orang yang mau mendekatinya, bahkan untuk makan saja Kahar sangat kesulitan, yang lebih memprihatinkan adalah wanita-wanita yang pernah ikut menikmati hartanya, tidak ad satupun yang peduli dengannya, kahar betul-betul sendirian.
Pada saat kondisi seperti itulah Kahar ingat Sinta dan anaknya, dia ingin bertemu dengan anaknya, dan juga ingin bertemu dengan Sinta, Kahar ingin meminta maaf pada mereka berdua,kahar merasa kalau dosanya kepada merekaa berdua sangat banyak, apalagi Kahar tidak pernah menafkahi anaknya. Oleh karena itu Kahar benar-benar merasa sangat berdosa pada mereka berdua.
Lama sekali Kahar mencari keberadaan Sinta dan anaknya, tetapi tidak ketemu, ketika dia datang ke rumah Sinta yang ada warungnya dulu, katanya mereka sudah pindah dan tanahnya sudah di jual, sehingga Kahar sangat bingung tidak tahu harus mencari kemana. Kahar benar-benar merasa sendirian, tidak ada orang yang peduli dengan kegundahannya.
Sampai suatu hari, Kahar mau berangkat untuk mencari keberadaan anaknya dan Sinta, di jalan ada keramaian yang sampai menutup jalan, maklum kini kahar tinggal di rumah padat penduduk, yang gang-gang rumahnya sangat sempit, sehingga jika ada orang lewat lebih dari dua yang bersamaan, maka jalannya tidak akan cukup.
“Ini sebenarnya ada apa sih,kok ramai-ramai gini”, gumam Kahar
“Maaf pak, ini ramai-ramai ada apa ya paka? Tanya Kahar pada salah satu orang yang berasal dari rombongan tersebut.
“Ini pak, ada pernikahan, maklum pak, yang meminang si gadis adalah orang kaya, jadi ya seperti ini”, terang orang tersebut.
“Oh..” ucap Kahar dengan senyum kecut.
Kahar ingat masa dimana dia selalu bergelimang harta, tidak perlu berpikir dua kali jika menginginkan sesuatu, beda jauh dengan sekarang ini, sekarang saja jika mau beli air minum yang ada rasanya, tidak hanya cukup dua kali mikirnya, tapi berkali-kali, dari pada di gunakan hanya untuk membeli air minum yang ada rasanya, mendingan digunakan untuk membeli nasi, dan air minumnya cukup air putih saja, pikir kahar, betul-betul sangat miris kehidupan Kahar.( BERSAMBUNG)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar