Amara benar-benar sebel, pasalnya lagi-lagi pria itu muncul dihadapannya, kalaupun tidak muncul, dia pasti di akan telfon, itulah yang membuat Amara menjadi bosan terhadap pria tersebut. Peristiwa seperti itu sudah berulang kali, dan karena terlalu sering itulah, membuat Amara marah dan benci terhadap pria itu.

Ternyata kebencian itulah, yang membuat pria itu semakin gencar untuk mendekati Amara, pria itu merasa kalau Amara semakin menyenangkan dan cantik kalau sedang marah, dan kebencian yang ada pada diri Amara, dia menganggapnya hanyalah angin lalu saja, karena banginya bisa bertemu dengan Amara dan bisa mendengar suaranya melalui telepon, itu sudah membuat cukup hatinya merasa senang.

Sedangkan Amara sendiri merasa tidak suka, jika pria itu selalu muncul dihadapannya, karena Amara takut melanggar norma agama dan masyarakat, namun nyatanya pria itu semakin gencar untuk mengejar Amara, dalam hati Amara merasa jika pria tersebut sudah cinta buta terhadapnya, sehingga seperti terobsesi padanya, karena kemanapun Amara pergi,pria itu selalu muncul.

Sampai akhirnya Amara benar-benar merasakan kebosanan yang luar biasa, ketika pria tersebut menelpon, Amara tidak mau mengangkatnya, ketika pria itu datang Amara bersembunyi di dalam rumah. Amara selalu menggerutu dalam hati, dia lagi....dia lagi,ngapain sih selalu datang ke rumahku. Meski Amara bertanya terus dalam hati, Amara tidak bisa menebak jawabnnya, karena Amara sebenarnya tidak mau ikut campur dengan apa yang sedang dilakukan oleh pria tersebut, walaupun Amara tahu kalau pria tersebut selalu datang ke rumahnya, Amara betul-betul bingung dengan sikap pria tersebut. ( BERSAMBUNG)