Malam itu saudara dan tetangga Rita yang masih ada di sana tidak tidur sama sekali. Akhirnya pagi yang ditunggu-tunggu datang juga, perlahan-lahan para pelayat berdatangan semakin banyak(pulang dan pergi). Doa-doa dipanjatkan, kalimat-kalimat thoyibah di lantunkan, semuanya di khususkan pada jenazah almarhum. Suasana seperti itu semakin menambah rasa haru pada diri Rita, dia tidak bisa membendung lagi air matanya, Lidia terus mendampingi Rita, karena Lidia takut jika terjadi apa-apa pada diri Rita.

Semua persiapan untuk pemakaman telah selesai, segera jenazah diberangkatkan ke pemakaman. Tidak lama kemudian, pemakaman pun sudah selesai, semua saudara dan pelayat yang lain, pulang ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah Rita rasanya hampa, karena Ibunya Rita kini menjadi orang yang pendiam, tidak mau bercakap-cakap dengan orang yang ada di sampingnya, bahkan dengan Rita pun dia tidak bercakap-cakap, dengan adik dan kakaknya juga tidak mau bercakap-cakap.

Sepertinya Ibunya Rita sangat terpukul dengan kepergian ayahnya, sehingga dia seperti orang linglung, pandangannya kosong, makan dan minum juga tidak mau minta, jika tidak diambilkan dan di suapi. Hal ini juga berpengaruh pada perkuliahan Rita, karena selam sudah 2 minggu berlalu ayahnya meninggal, Rita tidak masuk kuliah, semua ini dilkaukan karena ibunya belum pulih seperti sebelumnya, sehingga Rita merasa kasian pada ibunya.

Setelah 2 minngu itu, Rita belum punya rencana untuk kehidupannya sendiri, apakah melanjutkan kuliah ataukah berhenti kuliah. Karena Rita masih fokus pada kesehatan ibunya, dengan kondisi seperti itu membuat Rita harus betul-betul ekstra merawat ibunya. (BERSAMBUNG)