siti mutawarridah,s.pd

Kepala SDN Pancuran 1 Bondowoso, Lahir di Jember 07 Desember 1971, MI Al-Islah Mayang. SDI Salafiyah Gondanglegi, MTs Khairuddin, MA Khairuddin Gondanglegi Mala...

Selengkapnya
Navigasi Web
Simbul Tradisi Menginang
https://www.google.com/search?q=gambar+nenek+menginang&safe=off&client=firefox-b-d&sxsrf=ALeKk03MprhhBzGV6csKKTepm201zZsH7g:1595813898575&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi_jrWEpuzqAhVz4XMBHVvJA0cQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1295&bih=640#imgrc=JF7Ero5QP5hQOM&imgdii=ZYo6JldccTV4xM

Simbul Tradisi Menginang

Tantangan Hari ke - 189

#Tantangan Gurusiana

Simbul Tradisi Menginang

Kebiasaan menginang menjadi kebisaan nenek setiap hari. Menginang adalah mengunyah campuaran sirih dengan biji pinang, kapur dan tembakau. Semasa saya kecil hampir setiap hari meracik bahan menginang untuk nenek. Rasa bangga dan senang bisa membuat racikan kemudian ditumbuk. Alat untuk menumbuk terbuat dari kayu semacam lesung kecil. Hasil tumbukan menjadi warna merah karena ada bahan gambir.

“Nek, silakan menginang, sudah saya buatkan racikannya” ujarku seraya menyodorkan racikan pada nenek.

“Terima kasih cucuku” ucap nenek seraya mengunyah racikan tadi. Sesekali dia memutar-mutar gulungan tembakau hitam keseluruh bibir dan giginya. Lucunya lagi, gulungan tembakau tadi diletakkan di sudut bibir kanan atau kiri. Nenek sangat menikmati aktivitas menginang setiap hari. Ludah merah yang dibuangnya ditampung di tempat yang berisi tanah. Tempat pembuangan ludah berada di sudut ruangan.

“Rasanya apa enah tah Nek?” tanyaku sambil memandangi nenek yang asyik dengan menginang.

“Enak banget, gurih loh, silakan kalau ingin mencoba?’ ucap nenek dengan senyum yang tulus. Rasa penasaranku terjawab setelah saya mencoba mencicipi sedikit. E...ternyata lidahku gak bersahabat dengan racikan menginang. Getir, pahit yang kuarasakan. Sepontan saya muntahkan semua berlari menuju ke kamar mandi untuk berkumur-kumur. Tak ingin rasanya mencicipi lagi deh sampek kapanpun. “Kapok dah”.

Sebagian wilayah Indonesia tradisi menginang merupakan sebuah simbul dalam pergaulan. Simbul dalam menghormati tamu atau ketulusan dalam pergaulan. Bahan menginang selalu disajikan di meja tamu untuk menghormati tamunya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul bu saya orang sumatera rasa orang tua kalau tidak nginang sepertinya gak apdol bu.

27 Jul
Balas

Sekarang susah cari pinangnya bu. Rasa hormat untuk tamu bukan lagi peralatan nginang. Yg ad di atas meja hanyalah biskuit cs. Ibu-ibu zaman now tak ada yg minat. Salam literasi, sukses selalu.

27 Jul
Balas

Waktu kecilku sering mbantu buyutku numbuk kinangannya karena giginya sudah gak mammpu ngunyah....keren say

27 Jul
Balas

Menarik ceritanya bu, teringat masa - masa kecil dulu nginang bersama makde

27 Jul
Balas

Luar biasa. Salam Literasi...

27 Jul
Balas

Nginang kebiasaan yang hebat salam literasi

27 Jul
Balas



search

New Post