Siti Nafiah

Siti Nafi'ah, anak ketiga dari 6 bersaudara yang kesemuanya perempuan. Lahir di Nganjuk, 05 Januari 1976. Harapannya bisa belajar menulis sesuatu yang bisa menj...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tantangan Gurusiana hari ke-23. Awan Cinta Persahabatan (Tamat)

Awan Cinta Persahabatan

Vina tak menyangka perubahan sikap Awan ternyata adalah ungkapan hari terakhir awan berada di kota itu. Awan berangkat ke Jakarta lusa setelah kejadian itu. Pagi-pagi sekali dia datang ke rumah Vina hendak pamit pada Vina dan ayah ibunya. Vina baru menyadari ternyata inilah jawaban sikap Awan kemarin. Perasan Vina berkecamuk, antara sedih kehilangan sahabat dan marah karena Awan tak bercerita padanya akan kepergiannya. Tapi Vina harus menghadapi kenyataan kalau Awan memang benar-benar pergi jauh darinya. 

Setelah kepergian Awan, Vina baru menyadari perasaannya pada Awan selama ini, ternyata lebih dari sekedar sahabat. Dia merindukannya, tapi Vina tak yakin apa Awan mempunyai perasaan yang sama dengannya. Surat-surat coba Vina kirimkan pada Awan menanyakan kabar dan keberadaannya, juga menanyakan kerinduannya pada Awan, tapi tak pernah berbalas. Bertahun perasan itu dibiarkannya, sampai suatu sat Vina memutuskan menikah, dengan saudara Agus.

Dan hari ini, lembaran-lembaran kisah itu kembali terbaca seperti sebuah novel. “Vin..kamu tau alasanku pergi? Kamu tau kenapa aku menghindarimu? Karena aku mencintaimu. Tapi aku sadar aku tak ingin menjadi orang ketiga dalam hubunganmu dengan Agus, sahabatku. Aku tak ingin menjadi duri dalam hubungan kalian, aku tak ingin dianggap sebagai pagar makan tanaman dengan mencintai pacar sahabatku. Akhirnya aku memilih pergi dan menjauh dari kalian. Aku berjuang untuk melupakan perasaanku padamu di Jakarta, ini menyakitkan, hatiku pedih. Hidup terlunta-lunta di Jakarta, tanpa jelas aku harus kemana. Aku berjanji tak akan kembali meski sakitnya menahan perasaan ini begitu berat bagiku. Tapi ternyata aku dapat kabar kamu menikah dengan orang lain. Aku sempat kecewa dengan keputusanmu, Vin. Aku juga sempat kecewa dengan keputusanku meninggalkanmu. Dan hari ini aku dapat kabar Agus meninggal, aku putuskan untuk mengungkapkan padamu apa alasanku meninggalkan kamu, maafkan aku Vina..semoga kamu bahagia dengan hidupmu sekarang. Aku masih menyimpan perasaan ini dalam-dalam. Disetiap doaku selalu kuharap kebahagianmu”, Awan mengungkapkan kisah yang tak sampai selama ini pada Vina. 

Hampir dua jam Vina terdiam setelah mendapatkan telpon dari Awan, langkahnya gontai, air matanya meleleh tanpa henti. Laju sepeda motornya membawanya ke pusara ibu yang selama ini begitu mengharapkan dia menjadi anaknya. Air matanya kembali deras meleleh di depan pusara itu, untaian do’a dipanjatkannya. “Buk…maafkan Vina..yang ternyata tak bisa menjadi anak yang berbakti pada ibuk, gak bisa menjadi anak yang merawat ibuk..karena Awan yang begitu pengecut untuk berjuang bersamaku buk”, lirih Vina berucap di depan pusara ibunya Awan. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post