Siti Nafiah

Siti Nafi'ah, anak ketiga dari 6 bersaudara yang kesemuanya perempuan. Lahir di Nganjuk, 05 Januari 1976. Harapannya bisa belajar menulis sesuatu yang bisa menj...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tantangan Gurusiana hari ke-26. Rengganis. (bagian 1)

Rengganis

Suara gamelan berpadu dengan riuh gelak tawa para penikmat tarian terdengar tak sing ditelinga Rengganis. Seliwerang selendang semerbak harum seolah menari-nari di pelupuk matanya. Setiap pagi menjemput meninggalkan pekaknya malam di sebuah panggung berhias kerlip lampu temaram, Rengganis ingin meronta mengelabui senyumnya. Tapi setiap matanya kembali menatap tubuh lelah ibunya, Rengganis tak berdaya.

Disusutnya air mata disudut bibirnya. Dia segera melangkah ambil air wudlu menyibak gundah hatinya. Resapan air wudlu begitu menenangkan hati dan fikirannya. Diraihnya mukena, sajadah dan Al-Qur’annya. Sekali lagi dia melongokkan kepala ke kamar ibunya. Ibunya masih terlelap, kecapaian semalam pulang menjelang jam 02.00 dini hari. Ingin hatinya mengajak ibunya berangkat ke surau, tapi dia belum bisa membujuk ibunya. Dengan menghela nafas berat, dia melangkah menuju surau.

Disepanjang jalan menuju surau pikirannya melayang. Berangan dia hendak merubah segalanya. Kehidupan di desanya yang jauh dari kemajuan peradaban dunia. Disini masih banyak gadis seusia Rengganis yang tidak mempedulikan pendidikan. Mereka hanya turun temurun mewarisi bakat menari dari orang tuanya. Untuk kemudian dilepas di panggung ketika mereka masih sangat hijau. Dan hal itu tentu saja tidak berpengaruh baik pada perkembangan psikologis mereka. Kicauan laki-laki hidung belang, candaan mereka kadang kelewatan. “Iissh…jika mengingat itu rasanya ingi kulayangkan tinjuku ke muka mereka”, gumam Rengganis dalam hati.

“Assalamualaikum, maaf…saya duluan ning, sapaan seseorang membuyarkan lamunan Rengganis. “waalaikumsalam, silakan’, jawab rengganis gugup. Dilihatnya orang itu berlalu. Pemuda yang selalu berbeda dengan teman seusianya di desa mereka. Pada umumnya pemuda seusia dia di desa mereka lebih suka membuat lingkaran permainan gaple, atau berada diantara penari-penari. Tapi dia, Aslam memilih pergi ke surau, mengaji dan mengajari anak-anak kecil mengaji.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

15 Nov
Balas

Terimakasih bapak..salam.literasi

15 Nov

Wow keren ceritanya. Salam kenal. Sudah aku follow Bunda. Semoga sukses selalu.

15 Nov
Balas

Terimaksih bu...

15 Nov

Cerita yang luar biasa Bu. Salam sukses selalu

16 Nov
Balas

cerita yang luarbiasa... saalam sukses

15 Nov
Balas



search

New Post