Siti Nur Asiyah

Penulis lahir di Kediri , ia pernah belajar di MI Roudlatut Tholabah Kranding Mojo selama enam tahun, lalu di MTs. Sunan Kalijogo Kranding Mojo tiga tahun, yang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Maafkan aku yang masih pemula

Maafkan aku yang masih pemula

MAAFKAN AKU YANG MASIH PEMULA

Oleh Siti Nur Asiyah, S.Pd.I

Pada hari Sabtu, 06 Maret 2021 kegiatan rutin di pagi hari yang tidak bisa ditinggalkan yaitu berteman dengan pijo. Sipijo mengajak untuk selalu disiplin, memanaje waktu sebaik mungkin. Jangan sampai kita terlena oleh waktu.

Waktu bisa merugikan dan juga bisa mensukseskan kita. Tergantung kita menggunakannya. Jangan sampai kita menggunakannya dengan hal-hal yang jelek atau buruk, karena bisa membahayakan kita sebagai pengguna waktu tersebut.

Pada pukul 07.15 kami berunding untuk kondangan ke rumah murid yang sedang khitan, rencana pukul 09.00 an kita berangkat. Sayapun memutuskan pukul 08.15 pulang untuk bersiap-siap sekaligus minta diantar suami. Karena saya yang masih baru sehingga belum tahu medannya.

Alhamdulillah sesampai di lokasi, kami naik tangga yang lumayan panjang dan naik. Sayapun saat jalan menahan nafas dengan tujuan agar kuat bisa sampai atas. Sesampai di halaman sayapun menghela nafas , alhamdulillah masih kuat bisa sampai halaman tuan rumah.

Setelah dirasa cukup kamipun berpamitan. Kamipun melewati jalan bertangga tadi, kakiku serasa dag dig dug . Dalam hati aku takut terpeleset jatuh ngglundung (bahasa jawa). Sehingga beberapa kali aku berhenti sebentar, hingga ada yang mau menuntunku, tapi aku takut sehingga aku memilih untuk berjalan sendiri. Lama kelamaan kakiku semakin dag dig dug hingga akhirnya aku memutuskan untuk melepas sepatu dan kaos kaki.

Kuberjalan dengan tas ditangan kiriku dan sepasang sepatu ditangan kanan. Dag dig dug kakiku tak juga kunjung pergi, akupun semakin alon dalam melangkahkan kaki di jalan rabatan dengan garis kecil-kecil. Alhamdulillah akhirnya bisa sampai juga di jalan utama.

Sebenarnya dalam hati aku tertawa menahan malu, jalan kaki dengan ceker dan mententeng sepasang sepatu. Namun semua itu kutahan karena saking takutnya aku melewati jalan rabat yang mulai tumbuh lumut .

Salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Daerah mana itu, Bu?

10 Mar
Balas

Daerah mana itu, Bu?

10 Mar
Balas

Bangun, munjungan bu,,,

10 Mar

Saya naik jembatan kayu sampai sekarang masih takut, padahal dulu 3 tahun ngajar di Pulau bolak-balik naik jembatan

10 Mar
Balas

Subhaanallaah,,, Sebuah perjuangan yang luar biasa bapak ,,,Semoga Allah menggantikannya dengan sesuatu yang lebih indah kelak ,,, aamiin ,,,,Sukses selalu bapak,,,Salam kenal dari kediri ,,

10 Mar



search

New Post