Tantangan hari ke 7.05.2025

“Hujan sudah berhenti.” Ucapku spontan.

“Tadi berhenti sebentar, sekarang sudah mulai lebat lagi.” Ucap suamiku.

Helaan napasku menjadi keras, rasa sesak menyerang dadaku.

Aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi, mandi berwudhu sholat untuk menyambut pagi dan menenangkan hati.

Pagi yang dingin ini aku membuat nasi goreng kampung dengan kopi susu untuk kami berdua.

Sementara untuk anakku coklat panas.

Sambil sarapan aku memandangi wajah anakku, kelak zaman anakku duduk di bangku SMA seperti apa jejak rekam mereka.

Melihat anak zaman Betha hatiku miris sekali.

Katanya semua bukti outentik tapi mereka seakan lupa jika hasil capaian mereka sudah dimanupulasi oleh angka minimal yang tidak minimal.

Dulu angka 5 merupakan penengah dari bilangan sempurna tapi sekarang angka minimal berada pada angka 70 sehingga kapasitas mereka yang dibawah 70 dipaksakan untuk mendapatkan angka 70 dengan yang katanya berulang kali diberikan kesempatan.

Memang tidak ada kesempurnaan tapi segala sesuatu yang dipaksanakan hasilnya tidak akan baik juga.

Separuh hati aku menjalankan kendaraanku menuju sekolah.

Tidak bisa aku pungkiri kata hati yang kecewa jika musim hujan tiba.

Entah mereka sengaja atau tidak tapi banyak yang mengatasnamakan banjir untuk tidak masuk sekolah.

Bumbung sekolahku sudah nampak, hujan semakin deras.

Degup jantungku semakin kencang, jangan – jangan hari ini bukan saja siswa siswi yang tidak datang mereka yang sama denganku jabatannya juga tidak datang.

Semakin dekat dengan gerbang sekolah semakin kencang degup jantungku.

Pukul 7 kurang 10 menit, gerbang masih terkunci.

Kemana perginya penjaga serta satpam sekolah, batinku gundah.

Aku terbelenggu dalam ketidak pastian, tidak banjir dirumahku dan sekolah tapi kenapa gerbang sekolah masih tertutup rapat.(Bersambung)

#TantanganGurusiana