Tantangan hari ke 24.03.2024

Cuaca panas, membuat hari ahad menjadi malas untuk mengerjakan suatu jika angka jam menunjukkan pukul 10 pagi.

Setelah subuh tadi sehabis sahur dan sholat subuh langsung mencuci baju kotor yang sudah sepekan tidak di cuci.

Alhamdullilah kerja mencuci baju selesai pukul setengah delapan tadi.

“Na jangan subuh – subuh nyuci nanti masuk angi. Nanti jam tujuh saja mencuci lagian ini hari ahad banyak waktu untuk mencuci” Masih tergiang ucap suamiku

“Insyallah tidak Bang.” Ucapku subuh tadi.

Puasa – puasa begini memang tak banyak kerja rumah yang nak dibuat pagi hari.

Biasanya setelah sholat asar baru aku menuju dapur untuk mengeksekusi apa yang akan dibuat untuk perbukaan nanti.

Tiba – tiba perutku terasa tak nyaman, lima belas menit sudah aku mengosokkan minyak angin ke perutku.

Tapi rasa sakit tidak juga berkurang, rasanya sewaktu perbukaan dan sahur semalam makanan yang masuk perut makanan yang biasa kami konsumsi.

Aku terus berpikir apa yang menyebabkan rasa sakit diperut ini tidak berkurang walaupun sudah banyak minyak angina aku usapkan ke perut.

Dari rasa mulas, sekarang menjadi rasa nyeri ke hulu hati.

“Tidak mungkin maag.” Batinku berucap.

Seumur – umur baru sekali aku merasakan sakit yang melilit.

“Kenapa Mak.” Ucap anak semata wayangku.

“Abah mak sakit.” Jerit anakku memekak telinga

Langkah lebar terdengar menyusul teriakkan anakku.

“Kenapa Na.” ucap suamiku khawatir.

“Entahlah Bang tiba – tiba perut Ina rasa melilit setengah jam tadi sekarang malah sakitnya seperti menusuk ulu hati.” Ucapku memelas.

“Abang buatkan teh manis, berbuka saja daripada sakitnya berlarut – larut. Muka Ina pucat sekali.” Cemas suamiku.

“Sayang Bang dah setengah hari.” ucapku tak mau membatalkan puasaku hari ini.

Ada rasa ingin membantah perintah suamiku lagi tapi aku mengingat ucapnya tadi pagi melarang aku menyuci subuh.

“Lebih baik mencegah daripada mengobati Na. besok lepas lebaran ganti puasa tu.” Tegas suamiku,

Dengan langkah lebar suamiku berlalu kebelakang.

Lima belas menit kemudian suamiku sudah membawa teh hangat bersama roti kering yang selalu menjadi stok di rumah untuk anakku yang baru mulai belajar puasa,

Ah ternyata aku yang memakan roti kering ini dulu memalukan.

Dengan hari sedih aku memimun teh hangat pemberian suamiku.

“Mungkin karena Mak nyuci subuh tadi, jadi masuk angin. Perut Mak jadi sakit.” Ucapan anak semata wayangku membuat keningku berkerut.

“Degil cakap orang, kan dah sakit.” Suami menimpali cakap anakku.

Rasa sesal jangan lagi ditanya, surga istri ada pada suami itu kata orang tua – tua.

Cakap suami hendaknya diikuti itu juga petuah yang tidak boleh diingkari.

Dan sekarang aku menyesal tidak mengikuti kata suamiku.

Puasa bukan berarti harus malas mengerjakan kerja di siang hari, dan ini akibatnya aku masuk angina karena memang beberapa hari ini pada waktu sahur aku lebih memilih memakan kue dan minum saja.

Mungkin ini yang menyebabkan kekebalan tubuhku menurun, konon nak mengurangi makan supaya kurus yang ada aku terpaksa membuang puasa.

Menyesal tidak ada guna, seperti kata pepatah menyesal dulu pendapatan menyesal kemudian tak berguna.***

#TantanganGurusiana