Setelah Kepergianmu, Ibu
Lima puluh tiga tahun yang lalu … Kau telah melahirkan aku ke dunia yang fana ini. Lahir tanpa sehelai benang pun yang menutupi. Tidak berdaya, tidak bisa apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak mengerti apa-apa, tidak paham apa-apa … hanya bisa menangis, menangis, dan menangis.
Namun berkat bimbinganmu, asuhanmu, didikanmu, dan cinta-kasihmu, aku bisa tumbuh dewasa, mandiri, berusaha, dan bertahan hidup dalam segala kondisi bersamamu. Kau telah mengajari aku bagaimana menjalani hidup. Belajar banyak dari pengalaman hidup bersamamu, Ibu ...
Betapa selalu teringat dalam benakku, saat-saat melalui masa-masa sulit dalam hidup ini bersamamu, Ibu. Kau begitu tegar, kuat, tidak pernah mengeluh, selalu berusaha sebisa mungkin untuk membesarkan ketujuh putra-putrimu, sepeninggal Ayahanda tercinta. Kau wanita terhebat. Dengan kedua tanganmu, kau berusaha menaklukan dunia. Kau besarkan putra-putrimu tanpa lelah, tanpa keluh-kesah dan tanpa putus asa. Sulit mencari padanan wanita sepertimu di masa kini, Ibu. Aku pun tak kan sanggup menjalani hidup seperti apa yang telah Ibu lewati selama 72 tahun, sebelum kepergianmu pada tahun 2006 silam.
Masih selalu terngiang-ngiang dalam ingatanku, semua pesan-pesamu, Ibu... agar selalu menjaga nama baik keluarga, menjaga harga diri, dan harus bisa mengangkat martabat keluarga. “Jangan pernah membiarkan orang lain bisa menghinamu seenaknya, tunjukkan bahwa kamu mampu berdiri tegak dan bisa sejajar dengan yang lain. Jangan pernah memberi kesempatan kepada orang lain untuk memandangmu sebelah mata, anakku. Ibu yakin kamu bisa!”
Kata-kata itu yang selalu aku pegang dan aku pertahankan hingga kini, Ibu. Aku rela melepas semua kebahagiaanku, jika itu akan melukai keluargaku. Aku akan menunjukkan kepada dunia, bahwa aku mampu mewujudkan seperti apa yang Ibu pesankan kepadaku. Dan ternyata, “Aku benar-benar bisa, Ibu! Aku bisa! Semoga engkau dapat tersenyum bahagia.
Semoga Allah Swt senantiasa memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya kepada seluruh keluarga kita. Karena hanya kepada-Nya, kita bisa memohon. Hanya atas perkenan-Nya, semua itu bisa terwujud.
Ibu, setelah kepergianmu menghadap Yang Maha Kuasa … di antara kesibukan-kesibukanku, aku kembali mengingat semuanya. Aku sangat merindukan kasihmu, dekapnmu, belaianmu, di kala aku gundah, dulu kau selalu ada untukku.
Namun kini… semua itu tak bisa aku rasakan dan aku dapatkan. Aku hanya mampu berkeluh kesah kepada Sang Pencipta di antara dekapan malam dan beningnya embun pagi. Di saat aku tak mungkin berkeluh kesah kepada suami dan anak-anakku. Ku hanya bisa mengingat kembali, apa yang pernah kau sampaikan kepadaku. Ku hanya bisa memohon kepada Allah Swt. atas perkenan-Nya dalam setiap doa-doaku.
Ibu … maafkan jika aku belum pernah bisa membahagiakanmu. Aku belum pernah bisa berbuat yang terbaik untukmu. Aku hanya bisa berusaha mewujudkan semua impian dan cita-citamu, Ibu. Aku bisa meraih semuanya ini, berkat doa restumu, permohonanmu, impian kita. Impian seorang Ibu dan anak dalam ketidakberdayaan karena kondisi yang demikian sarat dengan kesengsaraan dalam menapaki hidup. Aku ingin melihatmu bahagia di alam sana. Dalam pangkuan kasih nan abadi Allah Swt.
Kini aku tak bisa lagi bersimpuh di hadapanmu, ku tak dapat memelukmu, ku tak bisa lagi bersandar di bahumu, Ibu. Ku juga tidak bisa melihat senyummu dan bening matamu ketika ku ingin bermanja-manja denganmu. Semoga Allah Swt senantiasa mengampuni dosa-dosa Ibu dan menerima semua amal ibadah Ibu. Semoga Allah Swt memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya.
Ya Allah, sayangilah kedua orang tuaku seperti beliau menyayangiku sejak dalam kandungan. Luaskan dan terangilah alam kuburnya, hindarkanlah beliau dari siksa api neraka. Ampunilah semua dosa-dosanya, terimalah amal ibadahnya, tempatkanlah beliau di tempat yang mulia di sisi-Mu. Kabulkanlah Ya Rabb… hanya kepada-Mu hamba memohon. Dan hanya Engkaulah Ya Rabb… yang dapat mengabulkannya.
“Allahummaghfirlie waliwalidayya warhamhummaa kamaa rabbayaanie shaghiraa… Ya Allah… Ampunilah aku… kedua orang tuaku, dan kasihanilah keduanya… sebagaimana mereka mengasihi aku sejak kecil… Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin …”
Gresik, 26 Juni 2017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah memiliki ibunda yang luar biasa. Kuat, tegar, pemberani, dan segala kebaikan yang ada padanya. Semoga jerih payah ibunda mendapat surga dariNya. Aamiin.
Aamin Ya Allah ... Makasih Pak Yudha ... teriring doa terbaik jg buat Pak Yudha dan keluarga.
Inspirasi dari Pa Yudha. Membaca tulisan guru hebat di gurusiana. Cinta Ibu itu cinta yang sesungguhnya..
Benar Bu Dwi ... Makasih ya ... Salam Gurusiana.
ibu hiks....jd ingat ibu terimakasih bu mengingatkan kami kpd sosok luar biasa ...
Sama2 Bu ... Trm kasih juga sudah mampir. Salam Gurusiana.
Ibunda Selalu ketar ketir mengingat bunda yang sdh tua dan lelah nun jauh disana, pulau Sumatra. Hanya doa yang jadi penguat hati