Rimbunnya Sekolahku Sebagai Tanda Cinta Tuhan
Di sebuah kota kecil, terdapat sebuah sekolah yang dikelilingi oleh pepohonan rindang dan taman-taman hijau. Sekolah ini penuh dengan kedamaian dan keindahan. Setiap pagi, embun yang menempel di dedaunan berkilauan diterpa cahaya matahari, seolah-olah menyapa para siswa yang datang untuk menuntut ilmu. Di sudut sekolah, ada sebuah pohon besar yang sudah berdiri selama puluhan tahun. Pohon itu menjadi saksi bisu segala kegiatan yang terjadi di sana. Di bawah naungannya, anak-anak sering berkumpul, duduk di atas rumput yang lembut sambil mendengarkan guru bercerita tentang alam, tentang kehidupan, dan tentang kasih sayang Allah SWT. Sekolah ini terasa begitu hidup karena setiap sudutnya memancarkan keteduhan. Bukan hanya karena pepohonannya yang rimbun, tetapi juga karena semangat persaudaraan dan rasa syukur yang tumbuh subur di hati setiap orang yang ada di sana. Bagi para siswa, sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat merasakan kehadiran cinta dan rahmat Allah. Pak Okih, guru agama yang telah lama mengabdi, sering mengatakan kepada murid-muridnya, "Lihatlah alam di sekitar kita, betapa Allah telah menciptakan semua ini dengan kasih sayang-Nya. Setiap daun yang berguguran, setiap angin yang berembus, semuanya adalah tanda bahwa Allah menjaga kita." Anak-anak pun mengerti, mereka tak pernah merasa bosan dengan keindahan yang ada. Setiap kali mereka merasa lelah, mereka selalu bisa duduk di bawah pohon besar itu, merasakan angin sepoi-sepoi yang seolah membawa pesan ketenangan dari Allah. Dan dengan begitu, semangat mereka kembali pulih, siap menghadapi tantangan apa pun. Suatu hari, seorang anak bernama Aisyah mendekati Pak Okih setelah pelajaran selesai. Wajahnya tampak cemas, dan ada keraguan di matanya. "Pak Okih," katanya pelan, "mengapa sekolah ini begitu rimbun dan indah, padahal kami tidak banyak melakukan perawatan? Kami jarang menyiram tanaman-tanaman ini, tetapi semuanya tetap hijau dan tumbuh subur." Pak Okih tersenyum. Ia menepuk bahu Aisyah dengan lembut dan mengajak anak itu duduk di bawah pohon besar yang menaungi halaman sekolah. "Aisyah, apa yang kamu lihat di sekitar kita adalah bukti bahwa Allah selalu merawat kita, bahkan ketika kita tidak menyadarinya. Allah menciptakan alam dengan sistem yang sempurna, di mana setiap makhluk, besar atau kecil, memiliki perannya sendiri. Pohon-pohon ini mendapatkan air dari hujan, dan angin membawa benih-benih kehidupan ke tanah. Allah yang mengatur semuanya." Aisyah mengangguk pelan, masih mencoba mencerna kata-kata Pak Okih. "Jadi, meskipun kami tidak merawatnya secara langsung, Allah yang merawat sekolah ini?" "Betul sekali, Aisyah," jawab Pak Okih. "Namun, ingatlah bahwa kita juga memiliki tanggung jawab. Allah memberikan kita alam yang indah ini sebagai amanah, dan kita harus menjaganya dengan sebaik mungkin. Merawat alam adalah bagian dari ibadah kita kepada Allah." Sejak percakapan itu, Aisyah dan teman-temannya semakin rajin merawat taman-taman di sekolah. Mereka tidak lagi memandangnya sebagai tugas yang membosankan, tetapi sebagai bentuk syukur atas kasih sayang Allah. Setiap kali mereka menyiram tanaman, mereka berdoa agar pohonpohon itu terus tumbuh subur, memberi mereka keteduhan dan udara segar. Setiap sore, setelah belajar, anak-anak sering duduk di bawah pohon beringin itu, membaca buku atau sekadar berbincang. Pohon itu menjadi tempat mereka beristirahat dan merenung. Mereka tahu bahwa di bawah naungan pohon yang Allah pelihara, mereka juga sedang belajar memahami makna cinta-Nya. Kasih sayang Allah tidak hanya terlihat dari nikmat yang besar, tetapi juga dari hal-hal kecil, seperti naungan pohon, angin yang sejuk, dan ketenangan hati. Suatu hari, saat hujan deras mengguyur, anak-anak berlindung di bawah atap sekolah. Mereka melihat bagaimana air hujan membasahi daun-daun, membersihkannya dari debu. Saat itu, seorang anak bernama Rahma berkata kepada temannya, "Seperti itulah kasih sayang Allah kepada kita. Hujan ini mengingatkan kita bahwa meskipun ada saat-saat sulit, Allah selalu membersihkan kita, memberi kita kesempatan baru untuk tumbuh lebih baik." Ucapan Rahma membuat semua anak terdiam. Mereka menyadari bahwa di balik setiap kejadian, ada pelajaran yang bisa diambil. Bahkan saat hujan datang, itu pun adalah bentuk kasih sayang Allah, yang senantiasa mengurus dan memperhatikan hamba-hamba-Nya. Hari demi hari, sekolah ini semakin hijau. Taman-taman yang dirawat dengan cinta menjadi lebih indah, dan pohonpohon yang tumbuh dengan subur seakan menjadi simbol bahwa rahmat Allah selalu melimpah di tempat ini. Para guru dan siswa hidup dalam kedamaian, belajar dengan hati yang penuh rasa syukur. Rimbunnya sekolah ini adalah bukti nyata bahwa kasih sayang Allah selalu ada, menjaga, melindungi, dan mengasihi setiap makhluk-Nya. Dan di sanalah, di bawah naungan daundaun hijau, setiap anak belajar, tidak hanya tentang ilmu dunia, tetapi juga tentang bagaimana Allah mencintai mereka melalui keindahan alam yang diciptakan-Nya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar