Dikejar Waktu
Pentigraf 28
Kepanikan tak bisa disembunyikan dari wajah Bapak, dengan nada tinggi yang tak pernah kudengar sebelumnya memerintahkan kami untuk bergegas. "Hanya ijazah saja yang harus diselamatkan, yang lain bawa seadanya," ujarnya sambil setengah berlari.
Desa kami memang terletak di daerah lereng Gunung Agung yang berjarak kurang dari 10 km dari puncaknya. Setelah tidak pernah menunjukkan aktifitasnya, tiba-tiba aktif kembali dengan begitu banyak gempa yang terjadi sebulan kemaren. Nenek yang pernah merasakan letusan besar tahun 1966 mengatakan bahwa semua tanda-tanda ini belum seberapa dibandingkan letusan tahun itu, makanya beliau selalu tenang. Siaran media sosial tanggap bencana yang meliris informasi bahwa status gunung berubah menjadi awas merubah ketenangan menjadi kekhawatiran yang tinggi. Berkaca dari peristiwa ledakan gunung lain, ketika statusnya sudah awas kami hanya punya waktu 30 menit untuk meninggalkan areal 12 km dari puncak gunung.
Disinilah kami sekarang, menyemut di jalan raya bersama ribuan warga lain, mencoba segala cara untuk dapat meninggalkan areal puncak gunung secepat mungkin. Kupandang wajah bapak yang menyetir mobil dengan gelisah, antara mencoba menenangkan kami agar tak semakin panik dan tetap fokus ke depan dengan mobil hanya hanya bisa bergerak 5 km/jam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar