Siti Nurjanah, S.Pd., M.Kes

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Aku adalah: - seorang istri - ibu dari tiga anak - guru SMA Negeri 1 Rembang - assesor Jabfung guru SMA Prop ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Membacalah, Jangan Menyesal!

Membacalah, Jangan Menyesal!

Aktivitas membaca sangat luas jangkauannya. Ketika memahami konteks membaca dalam arti membaca tulisan, maka obyek yang dibacapun sangat beragam. Tulisan bebas dalam media sosial maupun status WhatsApp (WA) dan sejenisnya. Walau setelah melakukannya merasa jengah, namun ada rasa malas untuk berhenti. Setiap saat memegang ponsel, tak terlupa membaca status orang lain.

Apa sebenarnya yang merangsang "pemedsos" membuat karya bebas? Penulis melakukan observasi ringan tantang mengapa orang menuliskan status di WA. Penelitian sederhana ini dengan menggunakan media status WA. Ada 30 responden sukarela yang telah memberikan jawaban spontan lewat chat pribadi. Lima diantara responden merupakan obyek indepth intervew (wawancara mendalam)

Terungkap berbagai jawaban tentang alasan orang membuat status WA. Jawaban ada yang mewakili diri sendiri, yang lain merupakan asumsi untuk orang lain. Jawaban-jawaban seperti: ingin dimengerti, ingin bicara langsung tidak berani, menyindir, berkeluh-kesah, mencurahkan isi hati, luapan emosi, suara hati, tidak ada teman bicara, adalah jawaban yang mewakili personal responden. Jawaban personal lainnya adalah dapat menghasilkan dan mempromosikan dagangan. Selainnya adalah jawaban yang bersifat apresiasi kepada orang lain, seperti: pamer, caper (cari perhatian), action, pengecut dan mencari simpati. Diantara jawaban yang mewakili personal responden adalah sebuah kejujuran diri. Namun jawaban yang berupa apresiasi terhadap status orang lain lebih bersifat apresiasi negatif.

Lebih detail dari wawancara mendalam terdapat fakta bahwa bila seseorang menulis status, dia tidak perduli dengan bagaimana orang menyikapi statusnya. Ada harapan, bahwa yang penting tidak perlu ikut bawa perasaan, memaafkan bila ada yang dianggap salah. .Yang lebih disukai adalah status yang berisi tulisan bermanfaat. Jawaban penjelas yang lain, "Suka nyetatus nyinyir adalah ekspresi jiwa gapuk!" (red: rapuh)

Apresiasi negatif kepada personal lebih mengarah kepada prasangka buruk. Inilah penyakit hati yang harus dibasmi. Setidaknya hentikan prasangka buruk itu dalam diri kita, tidak perlu mempengaruhi orang lain untuk ikut dalam paham yang sama.

Terlepas dari apapun tujuan orang menulis status, hendaknya kita pahami sebagai sebuah hak setiap diri. Bentengi diri kita dari berkembangnya penyakit hati dengan berlapang dada dan berusaha memaklumi. Setiap manusia mempunyai otak dengan kreasi ide yang berbeda. Begitu pula dengan tampilan perilakunya. Ketika kita mampu memahami berarti kita telah mendapatkan hasil belajar dengan obyek manusia dengan beragam perilakunya. Poin hasil belajar itu adalah kedewasaan. Apakah anda telah cukup dewasa?

1.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wahh..sulit jg pertanyaannya bu

27 May
Balas

Cukup dijawab dalam hati, ibu Gismawarni.... Salam kenal dan salam literasi!

27 May

Belum bu Nur,padahal saya hampir lansia.

02 Jun
Balas

Kejujuran adalah modal besar untuk peningkatan

05 Jun

Satu lagi mom belum tertulis nyetatus adalah hak prerogratip

27 May
Balas

Betul, terimakasih. Salam kenal, Ibu Sunarti!

27 May

Salam kenal, Ibu Sri Sunarti, Ibu Siti Nurjanah

28 May



search

New Post