Aku masih saja terdiam, sambil memandangi senja yang seakan mengucapkan kata perpisahan kepada siang dan menyambut selamat datang kepada malam. Dan aku tidak hindak berucap sepatah katapun kepada mereka.

Aku masih tidak mengerti dengan jalan cerita hidup ini. Mungkin aku terlalu banyak mengeluh, dada ini semakin sesak saja, seakan terbebani berton-ton masalah. Ruang rindu yang selalu kuperuntukan buat kedua rasa kita tatkala berjumpa, kini telah penuh dengan goresan-goresan luka, ribuan kata yang hendak kuucapkan juga masih tersimpan rapi di memori, bagaimana aku mengucapkannya jika itu hanya menambahkan luka.

Aku tak akan lupa ketika untuk pertama kalinya kita berjumpa, aku tak akan lupa dengan pesonamu, senyumanmu, juga perhatianmu yang membuat kesombonganku runtuh seketika, akupun tertawan dengan rayuan dan janji manismu, hingga aku mengangguk setuju manakala engkau meminangku. Gambaran kebahagiaan selalu menari-nari di benakku. Betapa bahagianya hati ini manakala ada bahu kokoh tempatku bersandar, ada senyuman yang menyejukkan, ada ucapan yang menenangkan, ada tangan yang mengapi manakala diri ini jatuh terkulai. Aku merasa bahagia manakala engkau selalu bersamaku, menyingkirkan kerikil-kerikil tajam yang menghalangi kehidupan kita. Hanya ada kebahagiaan.

Kini aku menyadari, langit tak selalu membiru, terkadang awan bergelayut dan badaipun datang menghadang. Untuk itu perlu komitmen bersama antara aku dan kau. Jika komitmen di antara kita tidak terbentuk, mungkin menyepi adalah hal terbaik bagiku. Menjauh dari hatimu, walau rasa ini semakin sunyi.

Nganjuk, 02 Oktober 2022