Siti Nurul

Belajar menulis, semoga konsisten...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sabar Menunggu 2 (menulis hari ke 12)

Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tetapi semangat memiliki anak sangatlah tinggi, kami mencoba berbagai macam pengobatan mulai pengobatan medis sampai pengobatan alternative. Biaya yang kami keluarkan tidaklah sedikit, namun belum membuahkan hasil, pernah berputus asa dan sempat akan mengadopsi anak yang ditawarkan oleh teman, anak korban tsunami di Aceh, tetapi kesepakatan dari suami , ikhtiar terlebih dahulu.

Ada satu pengobatan alternative yang kami jalani, yaitu dengan herbal. Setiap hari kami harus minum air daun kelapa yang direbus, pohon lidah buaya yang diambil dagingnya lalu diberi madu, hanya boleh makan telur, kentang, daging ayam dan sayuran, mengurangi garam, minum air putih ditambah refleksi dibagian kaki. Kami jalani hampir tiga bulan dan masih belum membuahkan hasil, saya sudah mulai putus asa, sedangkan suami tetap melanjutkan program herbal tersebut.

Kegiatan disekolah sangat padat dan beberapa hari ini saya bekerja sampai larut malam. Dipagi hari aktivitas seperti biasa saya lakukan dan sorenya suami menjemput seperti biasanya.

Dalam perjalanan pulang suami menanyakan apakah bulan ini saya sudah menstruasai?, Masya Allah dia teringat jadwal datang bulan saya, saya mengingat ngingat, sepertinya memang sudah lewat hampir dua minggu. Kamipun sepakat mampir ke lab untuk periksa apakah saya positif hamil atau tidak, hal ini kami lakukan agar lebih meyakinkan, karena biasanya saya hanya test pack saja.

Satu jam kami menunggu dengan perasaan yang berkecamuk, kami mematung tak bicara, perasaan kami sepertinya sama, takut, cemas, khawatir dan penasaran. Saat nama saya dipanggil oleh suster, deg hati ini, suster memberikan amplop dan mengucapkan “selamat ya bu atas kehamilannya, anak keberapa bu ?”, saya hanya terdiam tidak percaya, suami meneteskan air mata dan memeluk saya kencang, suster bingung melihat kami berdua, dan diapun masuk kembali kedalam ruang lab Rumah sakit.

Saking bahagianya suami langsung menelepon seluruh keluarganya, kakak-kakaknya, ibunya entah siapa lagi, sementara saya terduduk lemas sambil meneteskan airmata bahagia. Allah memberikan hadiah teramat istimewa di usiaku yang ke 38 tahun. Masya Allah, Tabarakallah, usaha kami tidak sia-sia, doa-doa kami dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wataala.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post