"Udah dibilang jangan beli mi goreng kok masih beli juga. Susah amat sih diberitahu! Itu bumbunya campur minyak. Roy udah kegemukan. Ntar mau sunat aja susah!"teriak Parto. Sarmi sang isteri hanya diam. Dia cuma membela diri dalam hati. Pikirnya, kalau cuma seminggu sekali Roy anaknya makan mi instan kan gak apa-apa. Tidak tiap hari. Lagian, makannya tidak selalu mi goreng. Lebih sering malah mi rebus." Mi rebus juga jangan yang kare! Itu minyaknya banyak! "lanjut suaminya.

Sarmi mengakui, Roy memang lumayan gendut. Di usianya yang baru 10 tahun, bobotnya 45 kilogram. Kalau lari, dia cepat ngos-ngosan. Mungkin ini pula yang membuatnya malas lari pagi. Paling pol, dia cuma mau bersepeda atau jalan kaki. Tapi andai boleh, dia pasti lebih suka main sepak bola atau perang-perangan. Sayangnya cuma berupa game di HP.

Beda dengan Roy, bapaknya rutin lari seminggu dua kali. Masing-masing satu jam. Meski sudah turun 15 kilogram, olahraga ini tetap dia lakukan. Dia merasa nyaman dengan postur kerempeng seperti saat ini. Namun dengan kondisinya yang kelihatan kurus kering ini, orang-orang mengiranya sedang sakit. Ibu dan isterinya juga cemas, apalagi dia mudah kedinginan dan rajin memakai minyak angin. Juga dia doyan pijat. Tiap malam dia minta Roy menginjak- injak tubuhnya, atau minta isterinya memijat punggung dan betisnya. Dia diminta mengurangi waktu larinya. Alhamdulillah, kini dia hanya lari lima kali pulang pergi. Dulu sepuluh kali.