Siti Nur Wiqoyati

Wiqoyati adalah seorang perempuan dari Magelang Jateng. Meniru bapaknya, berprofesi sebagai guru. Saat ini mendapat tambahan tugas tambahan sebagai Kepala Sekol...

Selengkapnya
Navigasi Web
Penggunaan 'DI'
Sumber Gambar: Koleksi Pribadi

Penggunaan 'DI'

Gambar di atas sudah ada di salah satu sudut sekolah saya sejak saya datang. Lha wong di sekolah kok dipajang tulisan yang kurang tepat. Malu rasanya. Bukankah ada guru bahasa Indonesia di sana? Memang saya sendiri masih sering melakukan kesalahan dan membutuhkan kritik dari orang lain, namun untuk urusan penggunaan "DI", saya merasa sensitif. Gatal rasanya tenggorokan saya jika mendiamkannya.

Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka pada gambar di atas terdapat dua DI yang berbeda fungsinya. Pada DILARANG, DI berfungsi sebagai prefiks pembentuk verba dikenai suatu tindakan. Prefiks DI digandeng dengan kata tindakannya yaitu LARANG menjadi DILARANG. Jadi penulisan di gambar itu sudah benar. Jadi, penggunaannya analog dengan DIPUKUL, DICUBIT, DIGENDONG dan lain - lain.

Sedangkan pada DIKAWASAN, DI berfungsi sebagai kata depan untuk menandai tempat. Jadi penulisannya di gambar tersebut menurut hemat saya kurang tepat. Seharusnya ditulis DI KAWASAN. . Jadi harus dipisah antar DI dengan KAWASAN. Ini analog dengan DI SEMARANG, DI UJUNG, DI MANA dan sebagainya.

RUMAH INI DIKONTRAKAN. Menurut saya, kadar dosa penulisan pada kata DIKONTRAKAN itu selevel dengan kesalahan penulisan DI. Keduanya tergolong kesalahan berat, dan diakibatkan oleh kebelumpahaman. Seharusnya ditulis RUMAH INI DIKONTRAKKAN.

Kesalahan berat tersebut banyak kita temui juga di tempat - tempat umum, di media massa cetak maupun televisi. Untuk media massa bonafid semacam Suara Merdeka, Jawa Pos, Sindo maupun Kompas, kesalahan itu belum pernah saya temui. Editornya sangat teliti dan sangat memahami KBBI. Heran saya, kok ya ada seorang profesor pakar penulisan yang di makalahnya maupun di bukunya kita temui beberapa kesalahan berat itu. Mungkin yang mengetik adalah asistennya, namun sang profesor tidak menyadarinya. Saat menayangkannya di layar, beliau tidak mengamati tulisannya karena sudah hafal di luar kepala. Saya kurang tahu, andai kita kritik apakah beliau berkenan atau tidak.

Untuk kesalahan pengetikan (typo) macam PENYUSUSNAN yang seharusnya PENYUSUNAN, menurut saya hanyalah kesalahan kecil yang tidak disengaja.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Thx Bu Zulin. Salam kenal.

27 Mar
Balas

Tulisan yang menarik. Sangat informatif. Sukses selalu, Bu.

28 Mar
Balas

Terima kasih Pak Edi.

02 Apr

keren... salam sukses selalu

28 Mar
Balas

Aamiiin. Terima kasih Bu Rita.

02 Apr

Ulasan yang sangat bermanfaat Bun. #Salam Sukses dan Salam Literasi

28 Mar
Balas

Terima kasih Pak Adi.

02 Apr

Setuju sekali Bunda. Hal-hal yang terlihat sepele, tetapi sebenarnya fatal ya Bunda karena tulisan itu berada di kawasan dunia pendidikan. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang tidak berkenan jika kita menyinggungnya dan menganggapnya sebagai hal yang biasa. Salam sukses selalu Bunda.

26 Mar
Balas



search

New Post