Sebenarnya, saya termasuk gasik dalam memenuhi syarat administrasi pertama untuk bergabung ke Majalah Literasi V MG yaitu membayar 145 ribu rupiah. Namun karena lupa, saya ketinggalan dalam mengikuti perkembangan dan langkah kerja selanjutnya. Pada Februari 2021, saya panik. Saya tanya kepada Mas Eko Prasetyo sosok keren di MG, apa yang harus saya lakukan untuk mengejar ketinggalan informasi tentang Majalah Literasi V. Ndilalah email dari MG tentang ajakan masuk grup WA Majalah Literasi V juga terhapus. Saya ingin tahu macam mana sistematika artikel yang bakal diterima, kapan terakhir harus dikirim dan seterusnya. Jawaban Mas Eko memupus harapan: Sudah terlambat.

Mas Eko menyarankan agar saya menghubungi Pak Yasin dan lain - lain, untuk mengurus uang itu. Saya penuhi. Saya hubungi Pak Yasin dan kru-nya. Ada jawaban bahwa uang tidak bisa ditarik kembali ataupun dialihkan untuk membayar proyek MG yang lain. Tidak masalah bagiku. Insyaallah pemerintah masih berkenan memberiku tiap bulan. Tapi alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan untuk bergabung ke dalam WA grup Majalah Literasi V.

Ga pakai lama, saya langsung menanggapinya. Alhasil, saya menjadi salah satu anggotanya. Biar saja hilang kesempatan memasukkan artikel ke Majalah Literasi V itu, yang penting happy. Menyenangkan sekali. Di WA grup itu, saya mengenal banyak orang hebat. Mereka semua ternyata sedang pada berusaha memenuhi tantangan Menulis 365 hari di blog gurusiana.id yang diluncurkan oleh Pak Ihsan CEO MediaGuru. Konon bagi penulis yang mampu melakukannya akan mendapatkan hadiah dari Media Guru. Selain dituliskan di blog gurusiana.id, artikelnya juga harus diunggah di facebooknya maupun facebook MediaGuru. Begitu menurut keterangan dari salah satu peserta.

Ada yang baru menghasilkan satu artikel, belasan maupun puluhan. Ada juga yang sudah menghasilkan 437 artikel yang ditulis tiap hari tanpa jeda. Luar biasa. Saya sendiri juga ingin mengikuti jejak mereka. Dua tiga hari menulis berurutan, namun esoknya lupa karena terlalu asyik dengan kegiatan lain. Inkonsistensi. Meski demikian, saat mood saya tetap berusaha menulis di blog keren itu. Saya tidak peduli dengan tidak bakalnya mendapatkan penghargaan. Saya hanya sekadar menuangkan curhatan hati. Plong rasanya jika artikel saya sudah tertayang.

Kumpulan artikel tersebut bisa juga dihimpun menjadi buku dan bisa menjadi komoditas jualan. Namun sayang, ada informasi yang agak mengecewakan. Menurut seorang asesor PAK nasional yang tinggal di Semarang, buku tersebut sekarang tidak bisa dinilaikan angka kreditnya. Tidak ada poinnya, tapi insyaallah bisa menghasilkan koin.