Suatu saat seseorang memberi saya bunga plastik di momen acara kelulusan kelas tiga SMA. Yang saya tangkap dari sikapnya itu adalah dia ingin saya terkenang padanya, memberi dia perhatian lebih, dan tentu saja terbit perasaan kasih padanya. Setidaknya itulah yang kemudian saya rasakan pada orang itu pada saat kejadian itu.

Beberapa hari setelah kejadian itu saya baru berpikir, kenapa bunga plastik dan bukan bunga asli yang dia berikan pada saya? Saya berpikir seperti itu sambil memandangi bunga plastik yang dia berikan. Keadaan bunga itu masih seperti saat diberikan pada saya, tidak layu, berubah warna ataupun rusak.

Keadaan bunga yang demikian kembali membuat saya berpikir, apakah dia sengaja memberi bunga plastik karena itu lebih tahan lama dan tidak mudah rusak? Jika sesuatu bisa bertahan lama, tentu aman untuk disimpan dan dirawat. Itulah yang saya lakukan, yaitu menyimpannya. Rasanya sayang untuk dibuang, karena membuangnya seolah seperti membuang kenangan manis yang ada.

Sekilas memang bunga plastik hanyalah bunga tiruan, palsu, tetapi ternyata itu bisa mengabadikan kenangan manis lebih lama daripada bunga asli. Yang perlu dihargai di sini adalah maksud indah dari si Pemberi, bukan nilai asli dan palsunya.