Hari ini saat berangkat kantor saya menyalip seorang anak perempuan SD, pikiran saya lalu meloncat ke masa SD dulu. Masa dimana saya masih lugu dan pemalu. Ke sekolah jalan kaki. Mulai mengendarai sepeda onthel saat SMP hingga SMA kelas dua. Jarak rumah ke sekolah SMP sekitar 3 KM, sedang ke SMA sekitar 12 KM.

Kalau mengenang masa itu, sungguh tiada lain yang saya dapat kecuali menyadari betapa besar kasih dan sayang Yang Maha Kuasa kepada saya, terutama saat SMA. Selama dua tahun saya mengendarai sepeda onthel menempuh jarak 12 KM tak pernah sekalipun sepeda itu rewel padahal bukan sepeda baru dan bukan sepeda mahal. Itu menjadi istimewa karena selama sekolah saya tak pernah punya uang sangu, apalagi uang jajan. Apa yang bisa dilakukan jika sepeda ngadat, ban bocor misalnya, sementara kantong blong tak ada uang sepeser pun?

Kembali ke Anak perempuan tadi, dia juga naik sepeda onthel. Saya terkenang ketika dia hendak menyeberang jalan searah dengan saya. Sengaja saya berhenti dekat dia supaya saat saya menyeberang dia bisa ikut nyeberang. Tapi ternyata itu hanya harapan saya. Sampai di seberang saya lirik spion, nampak gadis kecil itu masih toleh kanan kiri ada rasa takut menyeberang. Dalam hati saya hanya bisa berdoa semoga Tuhan berkenan menjaganya sebagaimana Dia telah menjaga saya hingga mencapai usia ini.