ANTARA AKU DAN MEREKA
Entah harus memulai dari mana ketika keinginan menuliskan luapan rasa dari penggalan kehidupan yang dilalui. Namun, satu hal yang telah terpateri, aku adalah seorang guru yang dibesarkan dalam keluarga guru. Kakek, ibu, paman, bibi, bahkan kakak-kakakku adalah guru. Mungkin karena dibesarkan dalam keluarga besar ini cita-cita pun ingin menjadi guru.
Perjalanan menimba ilmu sampai pada pengabdian menjadikanku mencintai profesi ini. Aku semakin dekat dengan murid-murid. Lebih banyak mengenal mereka menjadikan hapal karakternya dari yang sangat baik, baik, bahkan yang kurang baik. Namun dari sanalah aku mencoba untuk melatih kesabaran dalam menghadapinya walau terkadang muncul juga kemarahan ketika melihat atau mengalami sendiri bagai mana perlakuan mereka yang kadang di luar batas wajar.
Seperti belasan tahun lalu ketika mengawali mengajar. Masih ingat, saat itu di tempatkan di tempat jauh menurutku. Untuk berhubungan dengan keluarga cukup sulit karena aku harus ke wartel dengan jarak lumbayan cukup jauh karena dulu, yang memiliki ponsel hanya orang-orang tertentu saja dan itu pun terbatas, tidak seperti sekarang gadget bertebaran dengan berbagai merk dan ukuran. Kalau siang banyak beca atau ojeg, tapi kalau tidak malas dan tidak kepanasan bisa juga berjalan kaki, kalau malam sering kesulitan karena tidak ada beca begitu pun ojeg. Jadinya harus jalan kaki atau kalau tidak berhalangan suka diantar oleh anak tetangga naik sepeda. Dulu, di sana memang kendaraan umum sangat sulit.
Waktu itu, menjelang malam sekitar pukul 19.00 WIB, aku hendak ke wartel mengabari orang tua. Saat itu diantar oleh anak tetangga naik sepeda. Ketika melewati jalan gelap tiba-tiba segerombolan pemuda mendekat dan menggoda bahkan ada yang sempat membelai pipi dan punggung. Sontak aku terperanjat dan marah. Aku pun berlari pulang. Peristiwa itu aku adukan kepada ibu kost sambil berurai air mata yang tidak dapat dibendung lagi. Ingin rasanya berlari dan pulang ke kampung halaman menemui orang tua. Ingin kuadukan betapa kecewa ini terlalu besar dan ingin berhenti rasanya menjadi seorang guru. Namun, lagi-lagi harus terbentur dengan keterbatasan kendaraan. Jadinya hanya terduduk dan kemudian keluarga ibu kost menghalangi dan menghibur.
Besoknya peristiwa itu diceritakan kepada rekan-rekan di sekolah. Mereka begitu respek dan tanggap dengan menyelidiki ciri-ciri pemuda tersebut. Selidik punya selidik, ternyata yang berbuat tidak pantas tersebut adalah salah satu siswa yang bersekolah di tempatku mengajar. Ketika dipanggil, aku tatap anak itu dari atas sampai bawah. Ya, Alloh…. terlihat anak tersebut kumal dengan wajah terlihat tua meski usianya masih sekitar 14 tahun. Dan, aku tidak berbuat apa-apa selain menatap tak bergeming. Dalam kepala rasanya penuh dengan pertanyaan. Tidak menyangka bahwa seusia itu sudah berperilaku tidak layak. Apakah dia kurang bimbingan? Lalu siapa yang patut dipersalahkan? (Aku termenung sambil berpikir, tentu ini jadi PR besar untuk semua). Akhirnya anak tersebut ditangani dengan baik dan dinasihati.
Hari-hari dilalui dengan suka duka. Semakin hari, secara perlahan mulai muncul rasa cinta dan sayang terhadap mereka. Mulai mengenal karakternya bahkan tidak sampai di situ saja, aku semakin mengenal orang tua dan kondisi ekonomi keluarganya. Ada perasaan sedih dan bercampur haru, betapa kasihan mereka harus mengalami hidup yang berkesusahan. Aku semakin menyelami dunia mereka, dunia yang kadang kupikir tak selayaknya menghadapi beban keluarga. Tapi, bukankah mereka juga harus memahami kondisi orang tua?
Semakin mengenalnya semakin besar rasa sayang dalam lubuk. Dengan keluguan, kekonyolan, bahkan kenakalannya. Mereka memang perlu arahan, banyak hal yang tidak diketahuinya yang di luar pengawasan orang dewasa. Disanalah aku harus masuk dan bergaul dengan dunianya. Karena dengan cara itulah bisa mengarahkan, membimbing dan memberikan motivasi tentang masa depannya.
Ah, anak-anakku… semakin besar rasa cinta ini kepada kalian. Betapa ingin rasanya selalu bersama dalam suka dan duka agar bisa membantu memecahkan masalah, menghilangkan resah, sedih, kegalauan, dan kemudian akan tertawa bersama. Aku ingin selalu bersama mendampingi sampai pada akhirnya kalian dewasa dan bisa melangkah dan menentukan sendiri masa depan yang akan kalian raih.
Anak-anakku….
Semoga Allah swt. Senantiasa melindungi, merahmati serta mengabulkan doa dan cita-cita kalian. Aamiin YRA…
Doa ibu akan selalu menyertai langkah-langkahmu...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
wow, mantab. Senang sekali baca tulisan Ibu. renyah dan crispy
hehehe.. Terima kasih Pa Leck Murman. Mohon masukannya apabila ada bagian yang kurang "nendang",,.
Mantap Bu! Lanjut!
semangat bu guru...
Lanjuuut saaayyy..