MONOLOG HATI
Angin menghembuskan cerita bahwa tadi siang kian terpaku
kala hiruk pikuk waktu tak mampu menepis tanya yang berkelakar
pada tawar tawa akan temberang yang bertahta di lembaran hari.
Bahkan ketika rasa tak lagi sama, dan sepi lebih menemani.
Maka kuramu dalam cawan yang kian memuram namun masih
Kunikmati hanya berharap damai akan temani sepi dan mungkin
Berharap aku tak lagi merasa sendirii saat menikmati senja yang merapuh.
Barangkali ketika kuhirup bisa kunikmati walau
Kesendirian akhirnya lebih memahami monolog hati.
Disisa lembaran waktu kan kusampaikan
Tiada lagi cerita yang mampu melebihi saat
Kusampaikan bahwa, “Aku tak mampu menepis sisa hari yang terlewati,
meski bersama rajutan asa yang hilang tak kutemukan”.
Bila malam ini angin berbisik kembali mungkin semata-mata
Hanya ingin menemani atas meranggasnya tanya
Akan waktu yang pergi kian jauh dan tak mampu kugapai lagi
Dalam dekapan malam dan heningnya waktu
Tak kutanyakan lagi seberapa jauh ingin itu kembali
Karena jawabnya ada dalam nurani yang bertahta
Pada hati yang bermuara dalam lubuk mu jua aku
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar