Suatu Hari di 29 Agustus 2017
Mungkin ini adalah catatan harian yang kuanggap berkesan dan menggelitik. Dan menjadikan aku senantiasa banyak belajar tentang keluguan anak-anak didik. Ada rasa senang, lucu, tertawa mungkin juga mengusap dada ketika tingkahnya yang kadang sedikit melenceng dari batas wajar.
Seperti kejadian hari ini. Ketika sedang mengajar di kelas VII/D aku dipanggil oleh rekan dengan alasan anak VII/J ada masalah. Aku memang wali kelasnya. Pikirku, “Sudah apa lagi?”… Aku katakan demikian karena anak-anak kelas ini kerap dengan persoalan.
Saat aku ke kantor, kulihat Arini menangis sesunggukan dikelilingi rekan-rekan yang menanyakan duduk perkaranya. Kerudung putih yang dikenakannya digunakan untuk mengusap air mata. Matanya yang bulat sedikit memerah. Anak kecil ini terlihat cantik meski sedang menangis. Disampingnya berdiri Deri. Dia merupakan ketua murid di kelas itu. Deri memiliki postur tubuh kecil mungkin tingginya tak lebih dari 135 cm. dengan warna kulit sawo matang, rambutnya lurus cepak.
Kutatap mereka satu persatu kemudian menanyakan hal yang terjadi. Setelah mengetahui permasalahannya ada rasa menggelitik yang membuatku tertawa ringan. Sebenarnya sederhana, tapi karena dihadapi oleh anak-anak yang baper jadi terkesan permasalahan besar. Ceritanya Arini merasa sering diganggu oleh Deri yang kerap mendekati, menjahili kemudian memegang tangannya. Kalau dilihat, memang tidaklah pantas. Di usianya yang baru 12 tahun sudah berani dan sering memegang tangan orang lain.. Hmmm….
Aku tatap laki-laki kecil berkulit sawo matang ini kemudian menanyakan lebih detail lagi mengapa anak ini berbuat demikian. Jawabannya membuat keningku berkerut. Dia merasa diperlakukan tidak adil. Kemudian laki-laki kecil ini berujar lagi …”Kalau oleh laki-laki lain mau dipegang…. mengapa sama saya tidak?” Aku terhenyak kemudian lirikanku tertuju kepada Arini. Anak cantik ini seolah paham dengan tatapanku itu, Dengan lugas berkata bahwa kalau ada laki-laki lain memegangnya semata-mata karena ketidaksengajaan. Waktu itu, ketika foto bersama ada yang memegang pundaknya dan itu pun hanya sepintas saja. Seperti yang tidak terima penjelasan gadis kecil ini, Deri membela diri tiada henti berbicara, begitupun Arini berbicara tak henti pula seperti kereta api melaju cepat dengan tangisnya yang melimpah ruah. Sulit kucerna sampai akhirnya aku harus bicara tegas agar mereka diam sejenak
Tatapanku kembali melayang kepada laki-laki cepak itu. Rasanya aku tidak puas dengan jawabannya yang sebatas ketidakadilan. Berulang-ulang aku tanya lagi dan lagi. Barulah KM ini berkata jujur kalau sebenarnya dia menyukai Arini dan tidak suka melihat Arini dipegang oleh lelaki lain. Dikatakannya kalau dia cemburu dan penasaran ingin mengetahui isi hatinya… Oallaahhh.. rupanya ada rasa istimewa di hati Deri untuk Arini. hehehe…
Teringat kepada sebuah buku karangan Tarigan yang berjudul “Dasar-Dasar Psikosastra” yang mengatakan bahwa di usia ini anak mulai mengembangkan rasa keadilan dan perhatian dari orang lain. Pada usia ini, mereka berusaha untuk mencari nilai-nilai, menaruh minat terhadap masalah dunia, menggarap hubungan abstrak kemudian mereka pun akan menjadi analitis.
Menilik dari sepenggal kisah kedua anak ini aku jadi berpikir lagi.. “Apakah perasaan Deri salah?”. “Bukankah itu manusiawi?” Pikiranku melayang lagi pada ajaran hidup muslim bahwa haram hukumnya laki-laki memegang atau menyentuh tangan yang bukan muhrimnya.
Setelah berpikir sejenak kemudian kedua anak ini kuajak duduk dan diberi pengertian tentang banyak hal. Itu kulakukan agar mereka paham bahwa pentingnya saling menghormati dan menghargai. Tentu saja dengan tidak menyalahkan perasaan Deri selama dalam batas wajar dan tidak mengganggu hak pribadi gadis kecil ini. Setelah mereka mengerti dan memahami yang dimaksud, kuminta agar saling memaafkan dan segera kembali ke kelas.
Tak lama berselang bel pun berbunyi yang menandakan pergantian jam pelajaran. Akhirnya mereka kembali ke kelas diiringi tatapanku yang penuh rasa kasih.
Anak-anakku….
Ibu menyayangi kalian…….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Romantika remaja... Sip.
Iya pa Wiyono... Prikitiww..hehe..
Bagus sekali, lucu sih, tapi penuh makna..
Lika-liku anak abg membuat kita tertawa...hehe. Terima kasihTeh Imeldayati