Siti Rofiah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Limbah Masker Medis dan Wacana Restorasi Lingkungan
Doc. Google

Limbah Masker Medis dan Wacana Restorasi Lingkungan

Limbah Masker Medis dan Wacana Restorasi Lingkungan

50 tahun lalu hari perayaan lingkungn hidup sedunia digagaas melalui deklarasi Stockholm tepatnya tanggal 5 juni 1972. Tujuanya guna menjaga lingkungan dan menciptakan ekosistem dan menciptakan ekosistem hijau yang lestari

Saya pernah membaca Buku Pedoman Restorasi Ekosistem yang isinya kurang lebih kita perlu menghidupkan kembali ekosistem yang terdegradasi, misalnya dengan menanam pohon, membersihkan tepian sungai, atau sekadar memberi ruang bagi alam untuk pulih.

Memberi ruang bagi alam untuk pulih ini menjadi perhatian saya. Alam sedang beduka, wabah covid-19 melanda mendunia dan hampir berkawan dengan kita dua taun lamanya. Masyarakat dihimbau untuk selalu mematuhi prokes dari pemerintah. Satu diantaranya selalu memakai masker. masker dan alat pelindung diri (APD) telah menjadi gaya hidup sebagai kebutuhan keselamatan jiwa. Diawal-awal pandemic covid-19 masker medis sangat diburu semua kalangan. Sempet terjadi kekosongan stok masker medis di beberapa toko-toko atau outlite tersebab diborong oleh beberapa oknum.

Pemerintahpun melalui laman Kemkes go.id oleh dr. Achmad Yurianto menyarankan 3 jenis masker yakni masker N95, Masker bedah, dan Masker kain. Adapun masker yang tidak boleh dipakai yaitu kain tipis seperti masker scuba dan buff. Masker kain yang aman digunakan setidaknya terdiri dari dua lapis.

Tingkat permintaan pasar akan kebutuhan masker medis ternyata menimbulkan masalah baru, karena tidak diimbangi dengan pengelolaaan limbah masker yang benar. Dalam laman kompas.com menyebutkan penggunaan masker medis satu diantaranya di Kabupaten Grobogan dalam laman https://dlh.grobogan.go.id/ dituliskan bahwa sejak pandemic Covid-19 hampir setiap bulah sebanyak 129 miliar sampah masker dan 65 miliar sarung tangan yang sekali pakai, tidak dibuang dengan benar dan berakhir di laut, kata lembaga Ocean Conservacy.

Pada laman https://www.voaindonesia.com/ juga menyebutkan jumlah sampah nasional tahun 2020 mencapai 67,8 juta ton, naik lebih dari 3 ton jika dibandingkan tahun lalu. Jadi Berapa ribu ton lagi sampah masker medis ini memenuhi lingkungan kita? Bagaimana wacana restorasi ini akan berjalan?.

Masker kesehatan sekali pakai harus diperlakukan sebagai limbah medis yang harus dikelola dengan benar. Jika tidak limbah medis ini akan memperparah pencemaran lingkungan.

Maka penulis sampaikan disini dengan mungutip dari laman Kemkes tentang pedoman pengelolaan limbah masker dari masyarakt. Pertama kumpulkan masker bekas pakai, kedua lakukan desinfeksi dengan cara merendam masker yang telah digunakan dengan desinfeksi/klorin/ cairan pemutih, ketiga rubah bentuk masker dengan cara menyobek atau memutus tali masker, keempat buang ketempat sampah domestic, kelima cuci tangan dengan air mengalir/ memakai hand sanitiser.

Kalaupun masker medis sudah tidak dipakai menurut ketua IDI M Yadi Permana masker medis memerlukan waktu puluhan taun untuk dapat terurai. Bahkan bisa lebih dari 100 tahun. Lalu adakah solusi penggunaan masker ini agar wacara restorasi lingkungan tetap terjaga dari limbah masker?. Masker kain adalah satu dari sekian solusi. Selain ramah lingkungan, bisa dicuci dan dipakai berulang.

Penggunaan masker kain ini diinisiasi oleh staf khusus presiden gugs muda bersama Kementerian Koperasi dan UMKM.. masyarakatpun bisa membuat maskernya sendiri. Dengan beragam laman informasi kesehatan, dari google, facebook, youtube kita bisa membuat dengan melihat tutorial pembuatan masker secara mudah, kreatif, mandiri dan aman untuk kesehatan. Dipasaran juga sudah banyak yang jual dengan standar minimal 2 / 3 lapis.

Bahkan dengan kesadaran penuh, banyak para produsen baju yang memproduksi baju beserta masker yang senada. Hal ini menjadi titik tolak bahwa tidak apa tidak memakai masker medis. Karena masker kain juga bisa menjaga kita dari percikan air liur (droplet) yang keluar saat berbicara, menghela napas, ataupun batuk dan bersin. Itupun dengan syarat kita gunakan dengan cara yang benar.

Biodata Penulis

Siti Rofiah, M. Pd seorang Guru di SDIT Islamic Centre Purwodadi lahir dan dibesarkan pula di Grobogan pada 9 Maret 1992. Kini penulis aktif di sekolah pada kegiatan kepenulisan di majalah IC News.

Penulis bisa di hub via email [email protected] / WA 0898-8109-949

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya

12 Jun
Balas

Masih belajar ibu

10 Jul

Mantab ulasannya bun. Salam sehat dan sukses selalu

23 Jun
Balas

Salam sehat sukses bapak

10 Jul



search

New Post