Balada Kesiangan
#tantangangurusiana#tantangan ke-5
Tidak biasanya hari ini anakku sedikit rewel. Ia merengek minta ikut ke sekolah dan mengancamku apabila tidak diajak aku tidak boleh berangkat. Kondisi seperti ini membuatku sedih dan serba salah.
"Aduh alamat kesiangan ini mah." gumamku.
Dengan telaten aku membujuknya. Sudah hampir setengah jam rayuan-rayuan maut ke luar dari mulutku. Akhirnya rayuan pamunggkas yang ia terima.
"Nanti pulang ibu belikan durian ya." rayuku seraya menggelus kepalanya. Dan ia menganggukan kepala tanda setuju.
Aku langsung berangkat. Belum sampai pagar rumah terbuka, ia berteriak mengingatkanku beli durian. Aku hanya mangacungkan jempol kemudian melambaikan tangan. Di atas gendongan bibi ia pun tersenyum dan membalas lambaian tanganku.
Tiba di depan jalan raya, suasana sepi. Tidak banyak kendaraan yang melintas. Aku harus menunggu lama angkutan kota (angkot) yang akan membawaku ke sekolah. Setelah sekitar 10 menit, angkot biru itu muncul. Berhenti di hadapanku dan langsung aku menaikinya. Melihat gelagatnya angkot ini akan melaju dengan kencang, karena begitu naik sopir langsung tancap gas.
Lima menit berjalan memang sesuai dengan ekspektasi ku. Namun setelah melewati pertigaan patung silat angkot mulai berjalan seperti siput. Mata sopir terus berjalan-jalan memperhatikan setiap orang dan gang mencari penumpang. Di angkot hanya ada tiga penumpang termasuk aku. Aku memaklumi sang sopir harus mengejar setoran, tapi kali ini aku sangat kesal karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.10.
Di jalan Pasirhalang angkot berhenti menurunkan seorang ibu dengan belanjaannya yang memenuhi setengah angkot. Sangat memakan waktu. Angkot kembali berjalan. Pikirku sekarang ia pasti tancap gas karena di angkot hanya aku dan seorang bapak yang bekerja di kantor depan Sekolah ku. Ekspektasiku tidak sesuai, sopir kembali berhenti. Bukan penumpang yang ia tunggu. Ia berbincang-bincang dengan sopir angkot yang berhenti dari arah berlawanan. Kekesalanku mulai memuncak ingin rasanya menggantikan sopir itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan meninggalkannya mengobrol.
Pukul 7.20 akhirnya angkot tiba di depan sekolah. Pintu pagar telah ditutup. Dengan perasaan masih kesal, aku menyimpan ongkos di jok pinggir sopir setengah dilempar tanpa melihat wajahnya. Kemudian berlari menuju pintu pagar. Dengan langkah seribu langsung menuju kantor, pa satpam yang membukakan pintu pagar tidak aku pedulikan.
Jadi hari ini kesiangan dengan sepenggal balada. Ribuan rayuan untuk anakku dan kekesalanku karena sopir angkot yang santai membawa mobilnya seperti keledai yang sudah dua hari tidak diberi makan. Mungkin sang sopir menganut pelan-pelan asal selamat. Ah kalau sudah kesal seperti ini suka ingin makan banyak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar