Dipaksa. Kata yang menggugah pikiranku ketika mengikuti pelatihan menulis hari ini. “Siap dipaksa.” Tegas Pak Ihsan. Memang biasanya manusia itu dipaksa, terpaksa, bisa, biasa dan jadi terbiasa. Akulah salah satu manusia itu. Ah, dasar belum punya patokan hidup. Ya mau bagaimana lagi eh haram mengeluh –itu salah satu jargon sekolah aku-. Lama pak Ihsan berbicara aku semakin malu sendiri terutama dengan slogan “Guru Mulia karena Buku”. Aduh aku ini seorang guru loh. Dan di dalam hati aku mengucapkan harus menulis.Aku sangat tertarik dengan dunia tulis menulis. Entah itu datang dari mana. Mungkin aku lulusan sastra dan mungkin memang aku suka. Ah entahlah. Sangat tidak beralasan.Mendengar kata menulis, hati ini selalu ingin menulis. Ide-ide muncul dan aku menuangkanya dalam lembar-lembar kertas, tapi entah jadi apa tulisan itu akhirnya. Suatu hari di grup WA kepala sekolah mengeshare pengumuman tentang pelatihan menulis Satu Guru Satu Buku “SAGUSABU” di Cianjur. Segera aku mendaftarkan diri untuk jadi peserta. Mungkin ini kesempatan, seperti yang dikatakan kepala sekolah “Ayo Bu ini kesempatan Ibu untuk bisa mempublikasikan tulisan ibu, siapa tahu sampai ke kemendikbud.” Tegasnya.Ya, aku memang punya tulisan tapi tidak pernah terselesaikan. Mungkin belum menemukan alasan yang kuat untuk aku menyelesaikannya. Hari ini dipelatihan “SAGUSABU” aku sedikit menemukan pencerahan. Dan terpetakanlah ide untuk memulai menulis dan menemukan wadah menulis. “Berkencan dengan Ide” ungkap Pa Eko yang menguatkan aku semakin ingin menulis. Dari paparannya ide menulis itu banyak ada di sekitar kita. Melihat contoh stimulus ide yang ditayangkan pikiranku merespon “Itu garapan orang bahasa semua.” Mulailah otak ini menata kata untuk ditulis.Kami diminta untuk menuliskan daftar bahagia di atas kertas. Aku mulai berpikir, apa yang membuatku bahagia. Terbersit wajah Ibu dan anak-anak. Ingin memuliakan Ibu, membahagiakan anak-anak dan semua keinginanku dapat terwujud. Sederhana menemukan alasan untuk melakukan sesuatu. Itu yang diinginkan Pa Eko menemukan alasan ketika kita menulis. Bukan karena dipaksa.

Penulis adalah peserta SAGUSABU Cianjur