Sejak dari pagi tidak membuka gawai. Baru ada kesempatan malam selepas salat magrib, sambil rebahan aku lihat gawai dan tertulis 345 notifikasi. Mataku tertuju pada grup WA Sagusabu. Memanjat membaca pesan demi pesan.

Pesan yang jleb di hati adalah tulisannya Bu Nuraeni seorang pengawas yang menginspirasi. Beliau membagikan link tulisan tentang kucing. Mudah sekali Beliau menulis gumamku. Seekor kucing yang menclok di tengah-tengah apel pagi dapat menjadi tulisan yang menginspirasi. "Ibu hebat kucing aja bisa dijadikan tulisan." Komentar seorang warga komunitas grup. "Menulis itu tidak sulit, tuliskan saja apa yang ada dipikiran kita." Balas Ibu Nuraeni. Ya seperti dikatakan Pa Eko "Menulis adalah mengubah bahasa tuturan menjadi sebuah tulisan."

Setelah membaca semua chat timbul keinginan untuk menulis. Tetapi tidak ada ide diotak. Ya ide. Ide sebagai dasar tulisan yang dapat dikembangkan menjadi sebuah cerita.

Ide itu belum muncul sampai pagi ini. Tiba di sekolah pukul 06.44 langsung menempelkan jempol ke mesin kecil yang tertempel di dinding lorong antara ruang guru dan TU. Masuk ke ruang guru sudah ada beberapa teman yang duduk dikursinya masing-masing. Aku menyalaminya satu satu, kemudian duduk di kursi. Melihat buku catatan di atas meja dan aku membukanya, mengambil pulpen dan menulis sesuatu. Mulai pulpen ini aku gerakkan di atas kertas putih bergaris, menuliskan kata demi kata dan akhirnya jadilah tulisan tanpa ide.